20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Cie Jiak," kata Boe Kie dengan suara kaku, "perkataan hong tee kuharap jangan disebutsebut<br />

lagi. Aku seorang anak kampungan. Sedikitpun aku belum pernah mimpi, belum pernah<br />

mempunyai keinginan uutuk naik ditahta kerajaan. Apabila perkataanmu didengar oleh<br />

saudara-saudara kita mereka akan anggap aku sebagai manusia yang mengejar kekuasaan dan<br />

hati mereka akan menjadi dingin".<br />

"Aku bukan mau paksa kau menjadi hongtee. Tapi kalau sudah takdir, biarpun mau menolak?<br />

Kau memperlakukan aku secara begitu mulia. Aku harus berusaha untuk membalasnya. Cioe<br />

Cie Jiak seorang wanita lemah, tapi kalau ada kesempatan mungkin sekali aku masih bisa<br />

memberi sedikit bantuan supaya kau menjadi kaisar. Ayahku gagal dalam usahanya dan<br />

menemui kebinasaan. Dahulu aku menjadi kong coe ( puteri seorang kaisar ). Siapa tahu di<br />

hari nanti aku akan menjadi seorang hong houw (permaisuri)?“<br />

Mendengar perkataan yang sungguh-sungguh itu Boe Kie jadi tertawa. "Cie Jiak," katanya,<br />

"kemuliaan seorang hong houw belum tentu bisa menandingi kemuliaan Tiangboenjin dari Go<br />

bie pay. Sudahlah, hauw Nio-nio! Hamba mohon Hong houw Nio-nio sudi beristirahat!"<br />

Awan kedukaan lantas saja membuyar dan sambil tertawa, kedua orang muda itu mengakhiri<br />

pembicaraan mereka.<br />

Pada keesokan paginya, sesudah membuka jalan darah pelayan yang mengaso dikolong<br />

ranjang, Boe Kie meminta Pheng Eng Giok berdiam dikota raja tiga hari lagi untuk<br />

mendengar-dengar Cia Soen, sedang dia sendiri bersama Cie Jiak dan Han Lim Jie lalu<br />

berangkat ke-Hway see.<br />

Perjalanan mereka tidak menemui rintangan. Setibanya didaerah Shoatang mereka sudah bisa<br />

menyaksikao kekalahan tenlara Mongol yang terus mundur dengan kerusakan besar. Sedapat<br />

mungkin Boe Kie bertiga menyingkir dari kelompok-kelompok musuh yang besar jumlahnya<br />

dengan mengambil jalan kecil. Belakangan mereka bertemu dengan seorang serdadu Goan<br />

yang kasar dan lalu membekuknya. Dari serdadu itu, mereka mengetahui, bahwa Han San<br />

Tong dengan beruntun mendapat beberapa kemenangan besar dan berhasil merebut beberapa<br />

tempat yang penting. Mereka sangat girang dan meneruskan perjalanan secepat mungkin.<br />

Mulai perbatasan Soatang Anhoei kekuasaan sudah berada dalam tangan tentara rakyat Beng<br />

Kauw. Diantara tentara itu ada yang mengenal Han Lim Jie dan dia buru-buru melaporkan<br />

kepada Goan swee hoe (gedung panglima besar). Maka itulah pada waktu Boe Kie bertiga<br />

masih berada dalam jarak tigapuluh li dari kota Hauwcoe, mereka sudah dipapak oleh Han<br />

San Tong yang mengajak Coe Goan Ciang, Cie Tat, Siang Gie Coen, Teng Jie Thong Ho dan<br />

lain-lain panglima. Pertemuan itu sudah tentu sangat menggirangkan semua orang.<br />

Sesudah Han San Tong mempersembahkan secawan arak kepada Boe Kie dengan diiringi<br />

tetabuhan perang dan sepasukan tentara yang mengenakan pakaian perang mentereng serta<br />

bersenjata lengkap, rombongan itu masuk kedalam kota Hauwcoe. Dengan menunggang kuda,<br />

Cie Jiak mengikuti dibelakang Boe Kie. Di sepanjang jalan ia menengok ke kanan dan ke kiri<br />

dengan perasaan bangga. Meskipun belum menyamai arak-arakan Hong tee dan Hong hauw<br />

dikota raja, iring-iringan itu sudah cukup memuaskan hatinya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1234

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!