20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

itu…kau jadi begitu? Sebaiknya kau kembali ke Cioe Soecie….” Ia tidak bisa meneruskan<br />

perkataannya dan mukanya berubah merah.<br />

“Terima kasih atas maksud nona yang sangat baik,” jawab Boe Kie. “Tapi aku tidak bisa<br />

melihat kebinasaan dengan berpeluk tangan.” Sementara itu hawa hitam di sekitar pundak Tio<br />

Beng sudah jadi lebih hebat. “Nona,” katanya pula, “Apakah kau sudi menghadiahkan tiga<br />

butir Hoed kong Kie tok tan kepadaku? Nona, kau tolonglah, Thio Boe Kie pasti membalas<br />

budimu.”<br />

Nona she Auw itu berhenti, merasa kasihan dan segera merogoh saku. Tapi melihat paras<br />

muka Ceng hoei yang penuh kegusaran, ia tidak berani mengeluarkan pil itu.<br />

“Auw Soemay,” bentak Ceng hoei. “Apa kau lupa sakit hati kita? Jika kau serahkan pil itu<br />

aku akan binasakan kau!”<br />

“Ceng hoei Soethay!” bentak Boe Kie. “Kalau kau sendiri tak sudi, akupun tidka memaksa<br />

tapi mengapa kau menghalang-halangi orang lain.”<br />

Ceng hoei tidak menyahut, sambil menaruh kedua tangannya di dada, ia mundur selangkah<br />

demi selangkah, “Auw Soemay, Kwa Soemay, berangkat!” serunya.<br />

Melihat si pendeta mau kabur dalam hatinya Boe Kie segera muncul keinginan untuk<br />

merampas obat. “Ceng hoei Soethay,” katanya, “Apabila kau tetap tidak mau menolong, kau<br />

jangan salahkan aku.” Seraya berkata begitu, ia merangsek, Ceng hoei angkat tangan kirinya<br />

dan tangan kanannya menyambar dari bawah tangan kiri, Boe Kie miringkan muka untuk<br />

menghindari pukulan itu sedang tangan kirinya menotok jalan darah di pundak Ceng hoei.<br />

Begitu tertotok, bagian atas badan pendeta itu tidak bisa bergerak lagi tapi dengan nekad ia<br />

menendang betis Boe Kie.<br />

Tendangan itu mampir tepat pada sasarannya tapi ia mendadak merasa Yong coan hiat<br />

dibawah kakinya panas, seluruh tubuhnya kesemutan dan ia berdiri terpaku.<br />

“Thio Kauwcoe, jangan lukai Soecieku!” teriak si gadis she Auw.<br />

“Tidak, sedikitpun aku tidak berniat mencelakai Soecie-mu,” jawabnya, “Tapi tolonglah<br />

ambil obat dari sakunya.”<br />

“Auw Soemay!” bentak Ceng hoei. “Murid Go Bie boleh mati tidak boleh dihina. Aku mau<br />

lihat kalau kau berani ikut perintahnya.” Diancam begitu, si nona tidak berani bergerak.<br />

Sekarang Boe Kie tidak lagi menghiraukan adat istiadat antara pria dan wanita. Ia segera<br />

merogoh saku Ceng hoei. Fui! Ceng hoei menyembur dengan ludahnya, Boe Kie miringkan<br />

kepalanya sambil menarik keluar tiga botol kristal. Saat itu gadis she Kwa mendadak<br />

menikam dari belakang.<br />

Boe Kie mengibaskan tangan bajunya dan ujung pedang menikam angin. Sesudah itu ia<br />

membuka tutup tiga botol itu dan memeriksa isinya. Kemudian ia mengambil dan mengunyah<br />

tiga butir Hoed kong Kie tok tan. Sesudah pil itu hancur, yang separuh ia masukkan ke mulut<br />

Tio Beng dan separuh lagi ia taburkan di lubang luka. Karena kuatir tak cukup ia segera<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1246

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!