20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kaget dan kesakitan Boe Kie menarik pulang tangannya, dia hanya meringis dan tak berani<br />

bergerak atau menjerit.<br />

Disaat itu In Lee telah mengeluarkan sepotong papan kayu dan diangsurkan kehadapan Boe<br />

Kie, disusuli dengan perkataannya yang dingin. "Lihatlah yang jelas, benda apakah ini ?"<br />

Mata Boe Kie terpentang lebar-lebar mengawasi benda itu, hatinya kembali tergoncang keras<br />

karena ternyata diatas papan kayu itu terukir tulisan yang cukup dikenalinya. "Kuburan isteri<br />

ternyata In Lee alias Coe Jie, suami Tio Boe Kie.”<br />

Itulah papan kuburan yang dibuat oleh Boe Kie didepan kuburan In Lee tempo hari waktu<br />

berada dipulau karang.<br />

Dengan sikap yang ganas dan bercampur perasaan mendongkol, In Lee telah berkata lagi,<br />

"Aku waktu itu telah merangkak keluar liang kubur dan melihat tulisan papan ini, aku jadi<br />

bingung karenanya. Aneh, jadi setan cilik Thio Boe Kie yang membuatnya . . . Sungguh<br />

membuatnya aku jadi tidak mengerti. Baru kemudian setelah mendengar percakapan kalian,<br />

aku baru mengerti duduknya persoalan ... Rupanya Can A Goe itu sama dengan Thio Boe Kie<br />

dan Thio Boe Kie itu tidak lain dari pada Can A-Goe, setan cilik, selama itu engkau telah<br />

menipuku mentah2, memperdayakan diriku ..." Setelah berkata begitu, dengan sengit In Lee<br />

menggebrakkan papan kayu itu, yang dikeprukkan diatas kepala Boe Kie.<br />

"Pletak !" Papan itu pecah menjadi beberapa potong.<br />

"Mengapa sedikit2 kau main pukul?” tegur Tio Beng gusar dan muka memancarkan perasaan<br />

tidak senang. "Mengapa tidak hujan tidak angin selalu main pukul seenakmu ?"<br />

"Hahahaha," tertawa In Lee dengan suara suara keras, mengandung ejekan dan sering sekali<br />

dia memperhatikan Tio beng telah berubah merah ketika dia berkata-kata, "Yang kupukul<br />

adalah dia, tapi kau yang merasa sakit, bukan?"<br />

"Dia hanya mengalah. kepadamu, jangan engkau tidak kenal gelagat ..." bentak Tio-beng<br />

tidak mau kalah dengan perasaan mendongkol dan suara yang sengit.<br />

“Aku tak tahu gelagat ? Ya, ya sekarang aku tahu, tapi percayalah, engkau tidak perlu kuatir<br />

bahwa aku kelak akan saling rebut dengan kau memperebutkan Ciu Pat Koay ini," kata In Lee<br />

sambil diiringi suara tertawanya yang keras. Di dalam batinku hanya terukir seorang yang<br />

pernah kukenal, yang sangat kucintai, yaitu Thio Boe Kie cilik yang pernah menggigit<br />

tanganku di Ouw Tiap Kok. Mengenai Ciu Pat Koay yang berada disini, baik ia bernama Can<br />

A Goe maupun dia menamakan dirinya Thio Boe Kie, aku tidak mau perduli. Sedikitpun aku<br />

tidak merasa senang ataupun mencintainya --- lalu dia berpaling dan berkata dengan suara<br />

yang lemah lembut kepada Boe Kie. "Engko A Goe, selamanya kau sangat baik kepadaku,<br />

engkau memperlakukan aku selamanya dengan baik dan aku benar-benar sangat berterima<br />

kasih sekali ..., namun sayang sekali hatiku sudah kuserahkan bulat-bulat kepada Boe Kie<br />

cilik yang kejam dan bengis itu, sedangkan engkau .... bu .... bukan dia. Engkau bukan Boe<br />

Kie cilik yang kucintai itu. . . !"<br />

Tentu saja Boe Kie jadi heran. Sudah jelas dia adalah Thio Boe Kie, mengapa sekarang In Lee<br />

mengatakannya bahwa dia bukan Thio Boe Kie? Bukankah dia yang pernah menggigit tangan<br />

In Lee waktu di Ouw Tiap Kok dulu?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1449

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!