20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sebab takut dipukul olehmu, jawabnya. Mendadak Coe Tiang Leng menyambar pundak Boe<br />

Kie dengan gerakan Kin na cioe. Sekarang kau tak takut lagi? bentaknya. Tiba2 ia merasa<br />

telapak tangannya panas, lengannya bergemetar dan ia terpaksa melepaskan cengkramannya.<br />

Tapi walaupun begitu, dadanya sakit dan menyesak. Ia mundur beberapa tindak dan berkata<br />

dengan suara parau. Kau.. ilmu apa itu?<br />

Sesudah memiliki Kioe yang sin kang, inilah untuk pertama kalinya Boe Kie menjajalnya. Ia<br />

sendiri baru tahu hebatnya ilmu tersebut. Dengan hanya menggunakan dua bagian te<strong>naga</strong>, Coe<br />

Tiang Leng seorang ahli silat kelas satu sudah dapat dijatuhkan. Kalau ia mengerahkan<br />

seluruh te<strong>naga</strong> mungkin sekali lengan orang tua itu sudah menjadi patah. Ia girang bukan<br />

main dan sambil mengawasi muka si tua, bertanya seraya tersenyum, Coe Pehpeh, bagaimana<br />

pendapatmu? Apa ilmuku cukup lihay?<br />

Ilmu apa itu? Coe Tiang Leng mengulangi pertanyaannya.<br />

Akupun tak tahu, mungkin Kioe yang Sin kang, jawabnya.<br />

Coe Tiang Leng terkesiap. Bagaimana kau bisa mendapat ilmu itu? tanyanya pula.<br />

Boe Kie berterus terang. Ia segera menceritakan cara bagaimana ia mendapat kitab luar biasa<br />

itu dari perut seekor kera dan cara bagaimana ia kemudian mempelajarinya dan melatih diri.<br />

Penuturan itu sudah membangkitkan rasa jelus dan gusar dalam hati si tua. Empat tahun lebih<br />

aku menderita hebat di puncak ini, tapi setan kecil itu sudah dapat mempelajari sinkang yang<br />

tiada tandingannya di dunia, pikirnya. Dia sama sekali tak ingat bahwa segala penderitaannya<br />

itu adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Tapi sebagai manusia palsu ia bukan saja dapat<br />

menindih amarahnya, tapi juga bisa melihatkan muka berseri-seri. Dimana adanya kitab<br />

itutanyanya sambil bersenyum. Apa boleh kulihat?<br />

Boleh, jawabnya. Ia menganggap, bahwa biarpun bisa melihat, si tua takkan bisa menghafalisi<br />

kitab dalam tempo cepat. Tapi aku sudah memendamnya di dalam lubang, besok saja aku<br />

membawanya kemari.<br />

Kau sudah begini besar, bagaimana kau bisa keluar dari lubang yang sempit itu? tanya pula<br />

Coe Tiang Leng.<br />

Lubang itu sebenarnya tak terlalu sempit, kata Boe Kie. Dengan mengerutkan badan dan<br />

menggunakan sedikit te<strong>naga</strong> aku bisa lewat.<br />

Apa akupun dapat lewat disitu? tanya si tua dengan mata menyala. Bagaimana pendapatmu?<br />

Apa bisa?<br />

Boe Kie manggut2 kan kepalanya. Kurasa dapat jawabnya. Besok boleh mencoba. Sesudah<br />

melewati terowongan terdapat sebuah lembah yang besar dan indah dengan bebuahan yang<br />

dapat menangsal perut. Ia tahu bahwa dengan te<strong>naga</strong> sendiri, Coe Tiang Leng tak akan bisa<br />

lewat di terowongan itu. Tapi melihat sikap si tua yang sangat manis dan penuh dengan rasa<br />

menyesal ia jadi kasihan lantas saja ambil keputusan untuk memberi bantuan. Ia merasa,<br />

bahwa dengan menggunakan sinkang akan dapat menggencet tulang pundak dada dan pinggul<br />

si tua supaya bisa lewat di terowongan yang sempit.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 593

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!