20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

memaksa, siauwtee ingin coba menggunakan jarum untuk mengobati Toako. Andaikata<br />

terjadi kejadian yang tidak di harapkan, siauwteepun tidak bisa hidup sendirian dalam dunia<br />

ini."<br />

Gie Coen tertawa terbabak bahak. "Saudara kecil jangan kau mengatakan begitu," katanya.<br />

"Lekas gunakan jarum itu. Kalau kau berhasil, Soe peh akan merasa malu sekali. Andaikata<br />

aku mati, aku memang lebih suka mati daripada berendam dikobakan ini."<br />

Dengan tangan gemetar Boe Kie mencari jalan darah Gie Coen dan kemudian menancapkan<br />

sebatang jarum emas di Koan goan hiat. Tapi, begitu ditacapkan, jarum itu bengkok dan tidak<br />

bisa masuk terus ke dalam daging.<br />

Hal ini bisa dimengerti, karena bukan saja si bocah belum pemah menggunakan jarum<br />

tersebut, tapi jarum itupun lemas luar biasa, sehingga untuk memasukkannya ke dalam<br />

daging, orang harus menggunakan Lweekang yang tinggi. Boe Kie terpaksa mencabutnya<br />

lagi. Menurut biasa, jika jarum masuk tepat di jalanan darah, darah tidak keluar. Tapi<br />

sekarang, sebab si bocah menusuk salah, maka begitu jarum tercabut, darah Gio Coen lantas<br />

saja keluar berketel-ketel. Koan goan hiat yang terletak dikempungan manusia, merupakan<br />

salah satu "hiat" yang paling berbahaya. Melihat darah merembas keluar tak hentinya, Boe<br />

Kie jadi bingung.<br />

Sekonyong-konyong di belakangnya terdengar suara orang tertawa berkakakan. Ia menengok<br />

dan melihat Ouw Ceng Goe yang berdiri sambil menggendong tangan, dengan paras muka<br />

berseri seri.<br />

"Ouw Sinshe," kata Boe Kie dengan suara bingung. "Koan goan hiat Siang Toako<br />

mengeluarkan darah. Bagaimana baiknya ?"<br />

"Tentu saja aku tahu bagaimana baiknya," jawabnya. "Tapi perlu apa aku memberitahukan<br />

kau ?"<br />

"Ouw Sinshe, mengapa kau begitu kejam?" kata Boe Kie dengan suara keras: "Begini saja.<br />

Satu jiwa ditukar dengan satu jiwa. Tolonglah Siang Toako. Sesudah kau menolong, aku akan<br />

segera binasa dihadapanmu."<br />

"Kalau aku kata tidak, tetap tidak," kata Ceng Goe dengan suara tawar. "Aku hanya Kian sie<br />

Poet kioe Ouw Ceng Goe. Aku bukan Boe siang (setan yang biasa membetot jiwa orang).<br />

Kalau kau mampus, sedikitpun tiada sangkut pautnya dengan aku. Andaikata sepuluh Boe Kie<br />

mati, akupun tidak akan menolong satu Siang Gie Coen."<br />

Boe Kie mengerti, tiada gunanya ia memohon mohon lagi. Ia tahu, bahwa ia tak akan bisa<br />

menggunakan jarum emas itu yang terlampau lemas. Mencari jarum baja atau jarum besi<br />

sudah tidak keburu lagi.<br />

Sesudah memikir sejenak, buru buru ia mematahkan sebatang bambu. Dengan menggunakan<br />

pisau, ia membuat beberapa biting bambu dan kemudian, tanpa memikir lagi ia<br />

menancapkannya di Cie kiong, Siong tong, Koen goan dan Tian tie hiat.<br />

Sesaat kemudian Gie Coen muntahkan darah hitam beberapa kali.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 432

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!