20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kegelapan yang menyeramkan dan diatas air tak terdapat sebuah perahupun. Ia menghela<br />

napas berulang-ulang dan sesuai dengan petunjuk pelayan hotel, ia lalu berjalan menuju<br />

kegedung Liong boen Piauw kiok.<br />

Gedung itu sangat besar dan berhadapan dengan telaga See ouw sedang dua singa-singaan<br />

batu di depan pintu sangat menambah keangkerannya. Perlahan-lahan Thio Coei San<br />

mendekati.<br />

Tiba-tiba, ia melihat sebuah perahu pelesir ditepi telaga depan gedung itu. Dalam perahu<br />

dipasang dua tengloleng sutera dan dibawah penerangan itu kelihatan duduk seorang lelaki<br />

yang sedang minum arak seorang diri. "Enak betul minum arak diatas air," katanya dalam hati<br />

sambil menghampiri pintu. Teng (peep: teng=???) besar yang tergantung didepan gedung<br />

tidak dipasangi lilin, sedang pintunya yang dicat merah tua tertutup rapat. Penghuni gedung<br />

itu rupanya sudah pada tidur. "Sebulan yang lalu Samko masuk ke pintu ini," pikirnya dengan<br />

rada duka. Mendadak ia terkejut, karena di belakang nya terdengar hela napas yang panjang.<br />

Ditengah malam yang sunyi, hela napas itu kedengarannya menyeramkan dan menyayat hati.<br />

Dengan cepat ia memutar badan, tapi ia tidak lihat bayangan satu manusiapun. Kecuali orang<br />

yang sedang minum arak data in perahu, di sekitar itu tidak terdapat lain manusia. Dengan<br />

perasaan heran, ia mengawasi orang itu, yang mengenakan tiungsha (jubah panjang) warna<br />

hijau dan memakai topi empat persegi, yaitu dandanan seorang sasterawan seperti ia sendiri.<br />

Ia tak dapat melihat tegas muka orang itu, tapi dipandang dari samping dengan bantuan sinar<br />

tengloleng, kelihatannya pucat pasi. Orang itu duduk termenung-menung dengan tidak<br />

bergerak dan gerakan satu-satunya hanyalah berkibatnya tangan jubah karena tiupan angin.<br />

Sesudah mengawasi beberapa lama, ia memutar badan lagi dan mencekal cincin tembaga<br />

yang menempel dipintu dan lalu mengetuk-ngetuknya beberapa kali. Sebenarnya ia ingin<br />

masuk dengan melompat tembok, tapi sesudah melihat orang di perahu itu, ia merasa jengah<br />

sendiri. Suara ketukan itu terdengar nyaring sekali dan sehabis mengetuk, ia menempelkan<br />

kupingnya didaun pintu, tapi di dalam sunyi-sunyi saja tidak terdengar suara manusia yang<br />

menghampiri pintu.<br />

Dengan heran, ia mendorong sedikit dan pintu itu terbuka. Lantas saja ia bertindak masuk<br />

seraya berseru: "Apa Touw Cong piauw tauw ada dirumah ?"<br />

Ia berjalan terus keruangan tengah yang gelap gelita. Mendadak terdengar suara "truk!" pintu<br />

tertutup keras seperti di tiup angin.<br />

Ia kaget, lalu melompat keluar dari ruangan itu dan menghampiri pintu. Ia terperanjat karena<br />

pintu itu sudah dikunci orang. Tapi sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, nyalinya<br />

sangat besar. Sambil tertawa dingin, ia masuk pula ke ruangan tengah.<br />

Baru saja masuk beberapa tindak, tiba-tiba ia merasakan sambaran angin tajam dari depan<br />

belakang, kiri dan kanan. Dengan sekali melompat, ia kelit serangan keempat pembokong itu.<br />

Dalam kegelapan ia lihat berkelebatnya sinar-sinar putih, sebagai tanda, bahwa penyerangpenyerang<br />

menggunakan senjata golok. Cepat seperti kilat, ia meloncat kesebelah barat dan<br />

telapak tangan kanannya membabat salah seorang dari kanan kiri. "Ptak!" tangannya<br />

mengenakan jitu jalanan darah Tay yang hiat orang itu yang lantas saja roboh terguling.<br />

Hampir berbareng, telapak tangan kirinya menyabet dari kanan atas kiri bawah dan mampir<br />

tepat dipinggang seorang musuh lainnya yang juga ambruk dilantani. Dua pukulan itu<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 119

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!