20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kau mengatakan, jika aku aku bias menerima tiga pukulanmu, kau akan melepaskan mereka.<br />

Aku sduah menerima pukulan pertama masih ada dua.<br />

Sesudah mengirim pukulan yang barusan, si nenek mengetahui, bahwa Lweekang Boe Kie<br />

bukan saja bukan Lweekang dari golongan Mo kauw, malah hampir sama dengan<br />

Lweekangnya sendiri. Ia juga tahu, bahwa biarpun ia mencoba melindungi orang2 Mo Kauw,<br />

Boe Kie bukan anggota Agama itu. Maka itu, ia lantas saja berkata. Anak muda! Jangan kau<br />

coba mengurus urusan orang lain. Lurus dan sesat harus dibedakan sejelas2nya. Barusan aku<br />

hanya menggunakan sepertiga bagian te<strong>naga</strong>ku. Apa kau tahu?<br />

Boe Kie yakin, bahwa sebagai Ciangboenjin Biat Coat tentu tidak berdusta. Tapi ia sudah<br />

mengambil keputusan, bahwa biarpun mesti mati, ia tak bias mengawasi penyembelihan<br />

terhadap orang2 Mo Kaouw sambil berpeluk tangan. Dengan tidak mengimbangi te<strong>naga</strong><br />

sendiri, biarlah aku menerima dua pukulan lagi, katanya.<br />

Boe Kie tidak menghiraukan dan segera berkata pula, Biatcoat Soethay. Tapi ia hanya dapat<br />

mengeluarkan empat perkataan itu, karena mendadak Ia memuntahkan darah lagi.<br />

Coe Jie bingung bukan main. Tiba2 ia bangun berdiri dan coba memapah pemuda itu. Tapi<br />

dilain saat, kedua ulunya lemas kembali dan ia jatuh pula dipasir. Ternyata, walaupun hiat<br />

yang ditotok oleh Biatcoat sudah dibuka Boe Kie, tapi darahnya belum mengalir biasa.<br />

Sekarang melihat pemuda itu terluka, dalam kagetnya ia dapat berdiri dan bergerak. Kejadian<br />

itu bersamaan sebab musababnya dengan seorang lumpuh, yang dalam kebakaran mendadak<br />

bias lari cepat. Tapi semangat dan te<strong>naga</strong> Coe Jie yang luar biasa hanya keluar untuk<br />

sementara waktu.<br />

Dengan rasa mendongkol Biatcoat menghampiri si nona yang dianggapnya rewel. Ia<br />

mengimbas tangan jubahnya dan tubuh Coe Jie terapung kebelakang. Cioe Cie Jiak yang<br />

berdiri di sebelah belakang buru2 menyangga badan si nona dengan kedua tangannya dan<br />

kemudia, perlahan2 menaruhnya di atas pasir.<br />

Ceoi cie cie, kata Coe Jie, cobalah bujuk supaya dia jangan menerima kedua pukulan lagi. Ia<br />

akan menurut apa yang kau katakan.<br />

Bagaimana kau tahu dia akah menurut? tanyanya nona Cioe dengan heran.<br />

Dia suka kepadamu, jawabnya. Apakah kau tak tau?<br />

Paras muka Cie Jiak lantas saja bersemu dadu.<br />

Mana bias jadi! katanya, kemalu2an.<br />

Sementara itu sudah terdengar suara Biao coat yg menyeramkan. Kau sendiri yang cari mati<br />

dan kau tak boleh menyalahkan aku. Seraya berkata begitu, ia mengangkat tangan kanan nya<br />

dan menghantam dada Boe Kie.<br />

Pemuda itu tak berani menangkis. Bagaikan kilat ia mengengos. Si nenek tiba2 menekuk<br />

sedikit sikunya dan dari sudut yang tidak diduga2, telapak tangannya menyambar punggung<br />

Boe Kie. Plak! dan tubuh pemuda (??? Tidak terbaca)<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 669

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!