20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

senjata itu. Apa mau secara temberang, ia memilih ranting bwee dan sekarang ia menghadapi<br />

bahaya besar.<br />

Sesudah bertempur lagi beberapa lama, si kakek kate mendadak menyerang kaki Boe Kie<br />

dengan menggulingkan badan di tanah. Boe Kie berkelit ke samping, ia dipaki Pan Siok Ham,<br />

kena! bentak jago betina itu dan paha Boe Kie sudah tertikam!<br />

Baru saja ia mementil senjata lawan, pedang Ho Thay Ciong sudah menyambar dan golok<br />

kedua kakek itu membabat kakinya. Dilain detik, Pan Siok Ham sudah lantas saja menikam<br />

pula dengan serentak. Keadaan Boe Kie terdesak.<br />

Dalam bahaya, mendadak ia mendapat serupa ingatan. Laksana kilat ia melompat dan<br />

bersembunyi di belakang See Hoa Coe. Pan Siok Ham menikam dengan tujuan<br />

membinasakan dan bukan hanya untuk menjajal kepandaian. Ujung pedang yang menyambar<br />

dengan disertai lweekang, hampir amblas di badan muridnya. Untung juga ia keburu menarik<br />

pulang senjatanya, tapi See Hoa Coe sudah berteriak dan mengeluarkan keringat dingin.<br />

Boe Kie jengkel dan bingung. Sesudah bertempur beberapa lama, ia masih juga belum bisa<br />

menangkap intisari daripada kedua ilmu silat itu. Sebelum dapat menyelam isinya, ia tak akan<br />

bisa memecahkannya. Maka itu, jalan satu-satunya ialah berkelit kian kemari dengan<br />

menggunakan See Hoa Coe sebagai tameng. Sambil menggunakan siasat main petak ini,<br />

pemuda itu mengeluh, Boe Kie! Boe Kie! Kau terlalu memandang enteng kepada orang gagah<br />

di kolong langit. Sekarang kau menghadapi bencana. Jika bisa keluar dengan selamat, kau<br />

harus ingat baik-baik pelajaran yang pahit ini. Benar juga kata orang, di luar langit masih ada<br />

langit, di atas manusia masih ada manusia.<br />

Pan Siok Ham merasa dadanya seperti mau meledak. Kalau tidak dihadang See Hoa Coe,<br />

beberapa kali ia bisa menikam pemuda itu. Kalau menuruti napsu, ia ingin membuat putus<br />

badan si imam, tapi dengan adanya kecintaan antara guru dan murid, ia tentu saja tidak tega<br />

turunkan tangan jahat.<br />

Ho Hoe jin! teriak si jangkung. Kalau kau tidak mau turun tangan terhadap orangmu, biarlah<br />

aku yang turun tangan.<br />

Sesudahmu! bentaknya dengan gusar.<br />

Si jangkung lantas saja mengangkat goloknya dan menyabet pinggang See Hoa Coe.<br />

Boe Kie terkejut. Jika kakek itu benar-benar <strong>membunuh</strong>i imam, maka bukan saja ia sendiri<br />

terancam kebinasaan, tapi dalam persoalan ini juga akan timbul sengketa baru. Maka itu,<br />

dengan menggunakan sinkang, ia mengebut dengan tangan bajunya dan golok si jangkung<br />

terpental.<br />

Hampir berbareng si kate membacok. Boe Kie berkelit ke kanan, tapi ia tidak mengubah arah<br />

goloknya yang terus menyambar ke pundak See Hoa Coe. Ia membuat gerakannya<br />

sedemikian rupa, sehingga seolah-olah tidak keburu mengubah arah atau menarik pulang<br />

senjatanya. Tapi di mulut ia berteriak, See Hoa Coe Tooheng, hati-hati!<br />

Dengan berbuat begitu, si kate coba menyebar bibit penyakit kepada Boe Kie. Ia mengerti,<br />

bahwa jika ia membinasakan See Hoa Coe, Ia akan bermusuhan dengan Koen Loen Pay. Tapi<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 787

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!