20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Tapi aku ingin menambah dengan sebuah usul,” kata Tong beng liang dari Khong tong pay.<br />

“Seorang yang menang dua kali beruntun harus diperbolehkan mengaso. Biar bagaimana<br />

tinggi kepandaiannya seorang manusia yang tidak bisa tahan berkelahi terus menerus. Di<br />

samping itu, setiap partai atau perkumpulan hanya boleh mengajukan dua wakil dan kalau<br />

kedua wakil itu kalah, partai atau perkumpulan yang tersangkut tidak boleh mengajukan lain<br />

jago lagi. Tanpa ketentuan ini, pieboe yang bakal dilakukan mungkin takkan selesai dalam<br />

waktu tiga bulan dan Siauw lim sie akan kehabisan makanan untuk memiara kita.”<br />

Diantar gelak tertawa para hadirin menyetujui usul itu. Mereka tak tahu bawah dalam<br />

mengajukan usulnya, Tong boen liang sebenarnya ingin membalas budi Boe Kie yang pernah<br />

menyambung tulangnya yang patah di atas Kong beng teng.<br />

Ia tahu bahwa Boe Kie berkepandaian lebih tinggi dari semua orang yang ada di situ. Tapi<br />

pemuda itu bisa roboh kalau memang berkelahi terus menerus tanpa istirahat.<br />

Pheng Eng Giok tertawa dan berkata dengan suara perlahan. “Tong loosam baik sekali.<br />

Sekarang kita boleh menghitung bantuan Khong tong pay. Di samping Kauwcoe, siapakah<br />

yang akan diajukan?”<br />

Semua tokoh Beng kauw ingin sekali turun ke gelanggang. Tapi mereka tahu, bahwa orang<br />

yang dipilih memikul pertanggungjawaban yang sangat berat. Orang itu harus dapat<br />

mengalahkan banyak lawan, lebih banyak lebih baik, supaya Kauwcoe mereka bisa<br />

menyimpan te<strong>naga</strong> untuk menghadapi beberapa lawan yang berat. Maka itulah, biarpun<br />

semua orang ingin turut berkelahi tak satupun yang berani ajukan diri.<br />

“Kauwcoe,” kata Cioe Tan. “Bukan Cioe Tan takut mati, tapi sebab kepandaianku masih<br />

terlalu rendah kali ini aku tidak berani menonjolkan diri.”<br />

Boe Kie mengawasi semua pembantunya. “Yo Cosoe, Hoan Yosoe, Wie Hok ong, Potay<br />

Soehoe, Tiat koen Tootiang dan yang lain2 berkepandaian cukup tinggi dan setiap orang<br />

sebenarnya boleh mewakili Beng kauw,” pikirnya. “Tapi di antara mereka Hoan Yosoe<br />

mempunyai pengetahuan paling luas dalam macam-macam ilmu yang terdapat di Rimba<br />

Persilatan. Ilmu silat apapun dilayani dan diatasi olehnya. Biarlah aku memilih dia.”<br />

Memikir begitu, ia lantas berkata. “Sebenarnya saudara yang manapun juga boleh maju ke<br />

gelanggang. Tapi Yo Cosoe sudah pernah membantu aku memukul Kim kong Hek mo coan,<br />

Wie Hok ong dan Po tay Soehoe sudah mengeluarkan te<strong>naga</strong> dalam menangkap Hee Cioe.<br />

Kali ini biarlah aku meminta bantuan Hoan Yosoe.”<br />

Hoan Yauw girang, ia sambil membungkuk berkata, “Terima kasih atas penghargaan<br />

Kauwcoe.”<br />

Para pemimpin Beng kauw mengenal kepandaian Hoan Yauw dan pilihan itu disetujui mereka<br />

Tiba-tiba Tio Beng berkata, “Kauw Thay Soe, bolehkah aku meminta sesuatu dari kau?’<br />

“Tentu,” jawabnya. “Koencoe boleh katakan saja.”<br />

Semua orang segera mengawasi Tio Beng dengan sorot mata menanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1357

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!