20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tak perlu menolong dia. Apa pula adikmu yang sudah meninggal dunia tidak tahu lagi urusan<br />

itu."<br />

"Tidak!" membantah Boe Kie. "Kie Kouwkouw, kau salah. Roh seorang yang sudah<br />

meninggal dunia masih bisa mengetahui apa yang terjadi didalam dunia," Waktu mengatakan<br />

begitu ia ingat kedua orang tuanya. Ia mengharap supaya roh ayah dan ibunya masih tetap<br />

berada dilam baka dan nanti kalau ia sendiri menginggal dunia, ia akan bisa berkumpul lagi<br />

dengan kedua orang itu.<br />

Tiap kok ie sian menghela napas. "Apa yang terjadi dialam baka tidak diketahui oleh<br />

manusia," katanya.<br />

"Pada waktu itu, jalan pikiranku adalah begini: jika aku berdosa terhadap isteriku, dialam<br />

kemudian aku masih dapat memperbaikinya. Tapi jika aku melanggar janji ... hai!... Selama<br />

hidupnya, adikku selalu menderita... Bagaimana aka tega untuk menyakiti rohnya?"<br />

"Demikianlah, dengan menggunakan seluruh kepandaian, aku akhirnya berhasil<br />

menyembubkan sibangsat Sian Ie thong. Isteriku tidak ribut-tibut lagi, ia hanya berkata<br />

dengan suara dingin: Bagus. Kepandaian Tiap kok ie sian Ouw Ceng Goe benar-benar tinggi.<br />

Tapi Tok Sian Ong Lan Kauw tak sudi menakluk. Sekarang marilah kita menjajal ilmu, untuk<br />

mendapat keputusan, Ie Sian atau Tok sian yang lebih tingggi! Mati matian aku memohon<br />

maaf, tapi ia tidak meladeni."<br />

"Beberapa tahun isteriku memperdalami ilmunya dan telah maracuni beberapa orang<br />

Kangouw yang ternama.Sesudah meracuni, ia memberi petunjuk supaya orang-orang itu<br />

datang kepadaku. Tok soet isteriku ternyata sudah banyak lebih lihay, sehingga tempo-tempo<br />

aku tidak mendapat jalan untuk mengobati orang yang kena racunnya. Ditambah lagi dengan<br />

rasa sungkan untuk membangkitkan amarah isteriku, maka dalam menghadapi keracunan<br />

yang hebat, sudah gagal satu dua kali, aku menghentikan usahaku dan mengatakan saja bahwa<br />

aku tak mampu menolong lagi."<br />

"Tapi diluar dugaan, sikapku bahkan menambah kegusarannya. Ia menuduh bahwa aku sudah<br />

memandang rendah kepadanya dan bahwa aku sudah sengaja tidak mau mengeluarkan<br />

seantero kepandaianku. Dengan gusar ia meninggalkan Ouw tiap kok dan mengatakan bahwa<br />

biar apapun yang terjadi, ia takkan kembali kepadaku."<br />

"Selama berada diluar, berulang kali ia meracuni orang dan menyuruh orang-orang itu datang<br />

kepadaku. Kependaiannya makin tinggi, sehingga tempo-tempo aku tak tahu, siapa yang<br />

sudah meracuni penderita yang meminta pertolonganku. Dalam menghadapi penderita yang<br />

seperti itu, dengan menganggap, bahwa dia bukan diracuni oleh isteriku, kadang-kadang aku<br />

memberi pertolongan dan menyembuhkannya. Belakangan baru kutahu, bahwa orang itu<br />

sebenarnya telah diracuni oleh isteriku. Demikianlah perhubungan kita jadi makin renggang."<br />

"Namaku Ceng Coe, atau Kerbau Hijau, sebenarnya lebih tepat jika nama itu diganti dengan<br />

'Kerbau Tolol'. Entah kebaikan apa yang sudah kuperbuat, sehingga aku dicintai oleh seorang<br />

wanita begitu mulia seperti isteriku itu dan hanyalah karena ketololanku, maka ia telah<br />

meninggalkan rumah dan hidup terlunta-lunta di luaran. Mengingat bahayanya dunia<br />

Kangouw, setiap saat, setiap detik, hatiku selalu memikiri keselamatannya"<br />

Berkata sampai disitu, paras muka Tiap kok Ie sian kelihatan berduka sekali.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 472

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!