20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kenamaan, akan tetapi, belum pernah ia melihat puncak yang begitu luar biasa. Ia mengawasi<br />

itu semua dengan mata membelalak dan kegirangan meluap-luap didalam hatinya. Ia tak tahu<br />

bahwa puncak itu adalah tumpukan lahar yang disemprotkan gunung berapi selama ratusan<br />

atau ribuan tahun. Disebelah timur terdapat tanah datar yang sangat luas. Tanah datar itupun<br />

muncul disitu karena bekerjanya gunung berapi. Abu yang disemprotkan oleh gunung itu<br />

jatuh ke dalam laut dan lama-lama, mungkin dalam tempo ribuan tahun, air laut teruruk dan<br />

muncullah tanah datar yang sangat luas.<br />

Biarpun tempat itu sudah mendekati Kutub Utara, tapi karena gunung berapi masih bekerja,<br />

maka hawa dipulauitu menyerupai hawa digunung Tiang pek san atau daerah Hek Liong<br />

kang. Dipuncak-puncak yang tinggi terlihat salju, tapi ditempat yang rendah, pohon-pohon<br />

menghijau, pohon siong, pek dan lain-lain yang tidak terdapat diwilayah Tionggoan.<br />

Sesudah memandang beberapa lama dengan mata tidak berkesip, tiba-tiba So So melompat<br />

dan memeluk suaminya. "Ngoko ! Kita sudah tiba ditempat dewa !" bisiknya dengan suara<br />

serak.<br />

Kegirangan Coei San pun sukar dilukiskan. Ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata dan hanya<br />

balas memeluk isterinya yang tercinta.<br />

Lama mereka saling peluk dengan disaksikan oloh sejumlah menjangan yang sedang makan<br />

rumput dengan tenang diatas pulau itu. Kecuali asap api yang agak menakuti, segala apa yang<br />

tertampak disitu adalah tenang, damai dan indah.<br />

Mandadak terdengar teriakan So So: "Celaka ! Kita tak dapat mendarat!" Ternyata gunung es<br />

itu, yang terpukul dengan air yang hangat, mulai bergerak meninggalkan pulau.<br />

Coei San pun tidak kurang kagetnya. Buru-buru<br />

mengerahkan Lweekang dan menghantam es yang lantas saja somplak sebesar balok. Sesudah<br />

itu, sambil memeluk balokan es itu, mereka melompat kedalam air dan dengan menggunakan<br />

tangan dan kaki sebagai penggayu, mereka akhir nya mendarat dipulau itu.<br />

Melihat kedatangen manusia, manjangan-menjangan yang sedang makan rumput mendongak<br />

dan mengasi, tapi mereka tidak memperlihatkan rasa takut sedikit jua. Perlahan lahan So So<br />

mendekati, menepuk-nepuk punggung salah seekur. "Kalau disini terdapat juga beberapa ekor<br />

burung ho, aku pasti akan mengatakan, bahwa tempat ini adalah tempatnya dewa Lam kek<br />

Sian ong," katanya seraya tertawa.<br />

Karena letih, mereka segera merebahkan diri diatas lapangan rumput dan pulas nyenyak untuk<br />

beherapa jam lamanya. Waktu tersadar, matahari masih belum menyelam. "Sekarang mari<br />

kita menyelidiki pulau ini untuk mendapat tahu apa ada manusia atau binatang buas," kata<br />

sang suami.<br />

"Aku rasa tak mungkin ada binatang buas," kata So So.<br />

"Lihat saja menjangan-menjangan itu yang hidup damai dan tenteram."<br />

So So adalah seorang wanita yang sangat memperhatikan dandanannya. Biarpun menghadapi<br />

bahaya diatas gunung es, ia tetap berpakaian rapi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 214

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!