20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Beberapa saat kemudian Coe Hoejin muncul dengan di papah oleh seorang budak dan sambil<br />

menangis ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yauw Ceng Coan. Karena sedang<br />

ditindih dengan kedukaan, Yauw Ceng Coen sampai lupa untuk menjalankan peradatan<br />

kepada gie-so nya (istri dari saudara angkat). Ia segera menuturkan cara bagimana Thio Coei<br />

San bersama istrinya telah binasa dengan <strong>membunuh</strong> diri.<br />

Sambil seraya menggigit gigi, sebisa bisa Boe Kie menahan rasa sedihnya. Tapi biarpun<br />

begitu, ia tidak dapat mencegah mengucurnya air mata. Hanya karena semua orang bersedih<br />

hati mereka tidak memperhatikan tangisan si bocah.<br />

Sekonyong-konyong tangan Coe Tiang Leng berkelebat dan .... "prak!".... sebuah meja<br />

delapan persegi somplak. "Jie-tee!" katanya dengan suara keras. "Dengan tegas dan dengan<br />

jelas, aku minta kau memberitahukan namanya oran2 yg telah naik ke Boe tong dan endesak<br />

begitu rupa sehingga In Kong terpaksa <strong>membunuh</strong> diri."<br />

"Sesudah mendapat tahu tentang kebinasaan In Kong, sebenarnya aku harus buru2 pulang<br />

untuk memberi laporan kepada Taoko," kata Yauw Ceng Coan"Tapi sebab ingin mengetahui<br />

nama musuh2 itu, maka aku lalu menyelidiki. Belakangan kudengar, bahwa disamping tiga<br />

pendeta suci dari Siauw Lim Pay, jumlah musuh bukan sedikit. Perlahan lahan aku<br />

mengumpulkan keterangan sehingga oleh karenanya aku pulang sangat terlambat." Sesudah<br />

itu ia segera menyebutkan nama2 semua orang yg turut hadir dalam peristiwa berdarah di Boe<br />

tong san.<br />

"Jie-tee," kata Coe Tiang Leng dengan sudar duka, "Mereka itu adalah jago2 terutama dalam<br />

Rimba persilatan dan satupun tak akan dapat ditandingi oleh kita. Tapi budi Thio Ngoya berat<br />

seperti gunung, sehingga biarpun badan kita menjadi tepung, kita mesti jg coba membalas<br />

sakit hati Nyonya".<br />

"Tak salah apa yg dikatakan Taoko," kata Yauw Ceng Coan. "Jiwa kita telah dihidupkan pula<br />

oleh Thio Ngoya dan sesudah itu kita bisa menyambung umur selama belasan tahun, adalah<br />

sepantasnya saja kalau sekaang kita membuang jiwa demi kepentingan Ngoya. Siauw-tee<br />

hanya merasa menyesal, bahwa siaw-tee tidak dapat mencari putera Ngoya. Alangkah baiknya<br />

jika kita berhasl mencarinya dan mengajak ia kesini supaya kita dapat merawatnya seumur<br />

hidup."<br />

Mendengar itu, Coe Hoejin segera minta penjelasan lebih lanjut mengenai putranya Coei San.<br />

Yauw Ceng Coan menyatakan, bahwa sebegitu jau diketahuinya, putera tuan penolong itu,<br />

telah mendapat luka berat dan pergi kesuatu tempat untuk berobat. Bahwa sepanjang<br />

keterangan anak itu batu berusia kira2 sembilan tahun dan bahwa Thio Sam Hong berniat<br />

untuk mengangkat dia sebagai Ciang boenjin Boe tong pay dibelakagn hari.<br />

Coe Tiang Leng dan istrinya merasa sangat girang dan mereka segera berlutut untuk<br />

menghaturkan terima kaish kepada Langit dan bumi, atas belas kasihan yang sudah<br />

dilimpahkan kepada suami istri Thio Coei San, yang biar bagaimanapun jg, ternyata sudah<br />

mempunyai turunan.<br />

"Taoko jinson yang usianya ribuan tahun benar, soat-lian dari gunung Thian san, emas hitam<br />

pisau dan lain2 barang yg di titipkan Toako sudah aku serahkan kepada Thio Kongcu," kata<br />

pula Yauw Ceng Coan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 559

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!