20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Dia mencuri dengar pelajaran tadi dari luar pintu," jawabnya, tawar. "Aku telah<br />

menggunakan Kim kong Sian ciang untuk mengajar adat kepada nya. Jangan kuatir. Dalam<br />

beberapa saat, ia akan sembuh kembali." Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata lagi. "Aku<br />

tak tahu, mengapa Hong thio memerintahkan aku memberi pelajaran Kioe yang Sin kang<br />

kepadamu. Aku tidak tahu siapa namamu dan kaupun tak usah tanya namaku. Aku tidak tahu<br />

ilmu apa yang sudah pernah dipelajari olehmu. Akan tetapi, aku merasa kagum akan<br />

kepintaranmu. kemudian hari, kau mempunyai harapan yang tidak terbatas. Maka itu, aku<br />

berniat untuk membantu kau, untuk membuka Kie king Pat meh (pembuluh darah) diseluruh<br />

tubuhmu, supaya kalau nanti kau berlatih dengan Kioe yang Sin kang, kau tidak usah<br />

mengalami banyak kesukaran."<br />

Sebelum Boe Kie sempat menjawab, mendadak tembok berlubang dan dua lengan muncul<br />

dari lubang itu! Boe Kie kaget tak kepalang, ia mencelat dari tempat duduknya dan berseru<br />

dengan suara tertahan: "Kau ...kau!..." Itulah kenyataan yang terlalu mustahil ! Tapi, dengan<br />

matanya sendiri, ia menyaksikan, bahwa tembok yang tebal itu sudah berlubang karena<br />

sodokan tangan Goan tin, seolah-olah tembok tidak lebih daripada tahu yang empuk.<br />

"Tempelkan kedua telapak tanganmu dengan telapak tanganku." memerintah Goan tin. "Aku<br />

tidak tahu she dan namamu, akupun tidak tahu kau murid siapa. Hari ini kita bertemu dan<br />

jodoh kita habis sampai disini."<br />

Tahu maksud orang yang sangat baik. Pandangan Boe Kie terhadap Goan tin lantas berubah.<br />

"Terima kasih atas bantuan Siansoe," katanya seraya melonjorkan tangannya dan<br />

menempelkan telapak tangannya ketangan si orang aneh.<br />

"Kendurkan tulang tulang dan otot-otot dalam tubuhmu dan bebaskan pikiranmu dari segala<br />

ingatan," kata pula Goan tin.<br />

"Baiklah," kata Boe Kie. Sesaat kemudian, dari kedua telapak tangan Goan tin keluar<br />

semacam hawa hangat yang terus menembus ketelapak tangannya, terus naik kelengan dan<br />

bahu. Hawa itu halus bagaikan selembar benang, tapi ia dapat merasakan nyata sekali dan<br />

perlahan-lahan hawa tersebut masuk kepembuluh darah.<br />

Jika menemui rintangan dan tidak dapat segera menembus, bawa itu berubah lemas dan<br />

menerjang berulang-ulang sehingga rintangan ditembuskan. Sesudah lewat delapan pembunuh<br />

darah besar hawa itu makin cepat jalannya hingga Boe Kie merasa matanya berkunangkunang,<br />

kepalanya terputar-putar dan berapa kali, ia seperti mau jatuh tenguling.<br />

Akan tetapi dari telapak tangan si orang aneh keluar semacam te<strong>naga</strong> menyedot, sehingga<br />

telapak tangan Boe Kie melekat keras pada telapak tangan Goan tin dan ia tak sampai<br />

tenguling. Dilain saat, ia merasakan seluruh badannya seperti dibakar. Kalau mungkin, ia<br />

tentu sudah kabur dan membuka baju untuk menerjun kedalam lautan es disekitar Pang<br />

hweeto.<br />

Sesudah lewat sekian lama, bawa panas itu meninggalkan tubuhnya dan kembali ketelapak<br />

tangan Goan tin. Sesudah menarik pulang kedua lengannya dari lubang itu, Goan tin berkata<br />

dengan suara dingin : "Kau pergilah!"<br />

Boe Kie melongok melalui lubang itu, tapi yang dilihatnya hanya kegelapan. Mengingat budi<br />

si orang aneh, ia lantas saja berkata: "Terimakasih banyak atas budi Siansoe yang sangat<br />

besar."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 385

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!