20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Andaikata di kemudian hari ada seorang gagah yang bisa membuka pintu itu, aku dan Seng<br />

Soe-tee sudah jadi kerangka belaka. Hormat dari suamimu, Po Thian.<br />

Di belakang surat itu terdapat sebuah peta yang melukiskan semua jalan dan pintu-pintu dari<br />

jalan rahasia itu.<br />

Boe Kie girang tak kepalang. Yo Kauwcoe ternyata memang ingin mengurung Seng Koen<br />

dalam jalan rahasia ini dan rela mati bersama-sama, katanya. Sayang sekali ia tak dapat<br />

mempertahankan diri dan sudah mati terlebih dulu sedang manusia busuk itu masih bisa<br />

malang melintang hingga sekarang. Bagus juga kita mendapat peta ini dan kita akan bisa<br />

keluar.<br />

Sehabis berkata begitu, ia meneliti peta tersebut dan mencari tempat di peta di mana mereka<br />

berada sekarang. Tiba-tiba ia seperti diguyur air dingin. Mengapa? Karena jalan keluar yang<br />

satu-satunya adalah jalan yang sudah ditutup dengan batu raksasa oleh Seng Koen. Peta<br />

berada di tangan, tapi tidak berguna!<br />

Kongcoe, jangan terlalu bingung, hibur Siauw Ciauw. Mungkin sekali kita bisa cari jalan lain.<br />

Ia mengambil peta itu dari tangan Boe Kie dan lalu memperhatikannya. Tapi sesudah melihat<br />

sampai matanya berkunang-kunang ia tak bisa mendapatkan jalan lain. Jalan yang tertutup<br />

batu itu adalah jalan satu-satunya.<br />

Melihat paras si nona yang putus harapan, Boe Kie tertawa getir. Menurut surat Yo Kauwcoe,<br />

seseorang yang sudah berhasil dalam Kian koen Tay lo ie Sin-kang bisa mendorong pintu<br />

batu itu, katanya. Di saat ini, hanya Yo Siauw Sianseng yang pernah berlatih ilmu itu tapi<br />

kepandaiannya masih cetek sehingga andaikata ia berada di sini, belum tentu ia bisa berhasil.<br />

Di samping itu, kitapun tak tahu di mana tempat kedudukan Boe Ong-wie. Tidak tertulis di<br />

atas peta, di mana kita harus mencarinya?<br />

Boe Ong-wie? tegas Siauw Ciauw. Boe Ong-wie adalah salah satu wie (kedudukan) dari<br />

enam kedudukan yang terdapat dalam Lak-cap Sie-kwa (ilmu pentang-pentangan) dari Hokhie.<br />

Boe Ong-wie terletak di antara Beng Ie-wie dan Swee-wie. Seraya berkata begitu ia<br />

berjalan sesuai dengan kedudukan dari ilmu pentang-pentangan itu. Sesudah berada di sudut<br />

barat laut dari ruangan itu, ia berkata, Kalau tak salah di sini.<br />

Semangat Boe Kie terbangun, Apa benar? tanyanya. Ia berlari-lari ke tempat senjata dan<br />

mengambil sebuah kampak. Dengan alat itu, ia membersihkan tanah dan pasir yang melekat<br />

di dinding. Benar saja ia segera mendapatkan garis-garis yang menunjukkan adanya sebuah<br />

pintu. Ia girang dan berkata dalam hati, Meskipun tak mengenal Kian koen Tay lo ie Sinkang,<br />

aku sudah memiliki Kioe yang Sin-kang. Mungkin dapat digunakan.<br />

Ia segera mengumpulkan hava di bagian pusar, mengerahkan te<strong>naga</strong> dalam kedua lengannya,<br />

memasang kuda-kuda dan kemudian mendorong pintu. Pintu itu tidak bergeming. Ia mencoba<br />

berulang-ulang dengan segenap te<strong>naga</strong>nya. Tetap tidak berhasil. Ia mendorong lagi sehingga<br />

tulang-tulangnya berkelotokan dan kedua lengannya lemas. Pintu tetap tidak bergerak.<br />

Thio Kongcoe, sudahlah! kata Siauw Ciauw. Sebaiknya kita gunakan bahan peledak.<br />

Baiklah, aku lupa kita masih punya bahan peledak, kata pemuda itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 728

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!