20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Nona Tio mengangkat kembangnya tinggi-tinggi. Lihatlah! katanya. Dua butir mutiara hilang.<br />

Boe Kie melirik dan memang benar dua butir mutiara tidak ada pada tempatnya tapi ia tahu,<br />

bahwa kedua mutiara itu sudah sengaja disingkirkan oleh pemiliknya. Ia mengerti, bahwa si<br />

nona mau memancingnya untuk menjalankan akal bulusnya lagi. Maka itu, ia tidak mau<br />

meladeni lagi. Sambil mengeluarkan suara di hidung, ia bertindak keluar.<br />

Thio Boe Kie! bentak Tio Beng. Kalau kau mempunyai nyali, datanglah kepadaku dalam<br />

jarak tiga tindak.<br />

Tapi Boe Kie tidak kena dibikin panas. Kalau kau menganggap aku bernyali tikus, apa boleh<br />

buat, katanya sambil bertindak turun dari undakkan Soei-kok.<br />

Melihat semua akalnya tidak berhasil, paras muka Tio Beng lantas saja berubah. Sudahlah!<br />

katanya dengan suara putus harapan. Hari ini aku kalah. Mana aku ada muka untuk bertemu<br />

lagi dengan lain manusia? Ia mencabut sebatang pedang yang menancap di tiang dan<br />

berteriak, Thio Boe Kie, terima kasih bahwa kau sudah menyempurnakan aku!<br />

Boe Kie menengok. Tiba-tiba sinar putih berkelebat. Tio Beng mengayun tangannya untuk<br />

menancapkan pedang di dadanya.<br />

Boe Kie tertawa dingin dan berkata, Aku tak akan kena Sebelum perkataan ditipu keluar dari<br />

mulutnya, ujung pedang sudah menancap di dada si nona. Tio Beng berteriak, tubuhnya<br />

terkulai.<br />

Kali ini Boe Kie benar-benar kaget. Ia tidak pernah menyangka, bahwa si nona beradat begitu<br />

keras. Asal saja pedang tidak melanggar isi perut, aku masih bisa menolong, pikirnya sambil<br />

melompat untuk memeriksa luka si nona.<br />

Tapi baru saja ia tiba dalam jarak tiga tindak dari meja, mendadak kakinya kejeblos, tubuhnya<br />

meluncur ke bawah!<br />

Celaka! ia mengeluh. Cepat bagaikan kilat ia mengibaskan kedua tangan bajunya ke bawah<br />

sehingga untuk sedetik, tubuhnya terhenti di tengah udara. Hampir berbareng, satu tangannya<br />

coba menepuk pinggiran meja. Kalau kena dengan meminjam te<strong>naga</strong>, ia bisa menyelamatkan<br />

diri. Tapi Tio Beng yang hanya pura2 bunuh diri, sudah menduga usaha pemuda itu dan<br />

dengan cepat ia menyampok dengan tangan kanannya. Selagi kedua tangan kebentrok, tubuh<br />

Boe Kie merosot ke bawah.<br />

Dalam bingungnya, ia membalik tangan dan coba mencengkeram jari-jari tangan Tio Beng<br />

tapi jari-jari tangan si nona licin luar biasa, bagaikan licinnya lindung, sehingga tidak dapat<br />

dicengkeram! Cekalannya terlepas!<br />

Pada detik yang sangat berbahaya, Sin kang yang dimiliki Boe Kie memperlihatkan<br />

kelihayannya. Biarpun cekalannya terlepas, tapi sebab cekalannya itu, ia berhasil meminjam<br />

sedikit te<strong>naga</strong>, sehingga kemerosotan tubuhnya terhenti untuk sedetik dan tangannya<br />

menjambret lengan si nona. Jambretan itu berhasil! Ia mengerahkan Sin kang untuk melompat<br />

ke atas. Kali ini maksudnya gagal. Karena tubuhnya berat dan Tio Beng enteng, maka begitu<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 853

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!