20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Saudara Thio, mengapa mereka menghinakan gurumu ?" tanya nona Kwee sambil menengok<br />

kebelakang. "Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, gurumu sebenarnya boleh tak usah<br />

takuti mareka."<br />

Koen Po mempercepat tindakannya. "Mereka bukan sengaja menghina Soehoe," jawabnya.<br />

"Peraturan di dalam kuil selalu dipegang keras sehingga siapapun juga membuat pelanggaran,<br />

tak akan terluput dari hukuman."<br />

Kwee Siang jadi heran. "Gurumu adalah seorang kesatria dan dalam dunia jarang terdapat<br />

manusia yang hatinya begitu mulia," katanya. "Kedosaan apakah yang telah di perbuatnya ?"<br />

Pemuda itu menghela napas panjang. "Latar belakang kejadian ini sebetulnya sudah di ketahui<br />

nona," jawabnya. "Yang menjadi gara-gara adalah kitab Leng-keh-keng."<br />

"Ah ! Kitab yang dicuri Siauw Siang Coe dan In Kek See ?" menegas si nona.<br />

"Benar," jawabnya. "Hari itu, waktu berada di puncak Hwa-san, atas petunjuk Yo Tay hiap,<br />

aku telah menggeledah badan kedua orang. Sesudah turun gunung, mereka tak kelihatan mata<br />

hidungnya lagi. Dengan apa boleh buat, Soesoe dan aku segera kembali kekuil dan<br />

melaporkan kepada Sioe co dari Kay-loet-ton. Leng keh keng adalah kitab yg di tulis oleh<br />

Tatmo Couwsoe sendiri dan merupakan salah sebuah barang berharga dalam Siauw-lim-sie.<br />

Maka itu dapatlah dimengerti, jika Soehoe tak bisa terlolos dari hukuman.<br />

"Gurumu dihukum tak boleh bicara ?" tanya pula si nona.<br />

"Ya, menurut peraturan yang sudah turun temurun," sahutnya. Menurut peraturan itu, seorang<br />

yang dihukum harus memikul air dengan kaki tangan dilibat rantai dan tak boleh bicara".<br />

"Menurut katanya para tetua hukuman memikul air malahan ada baiknya untuk yang<br />

terhukum. Dengan membungkam, ia mendapat kemajuan dalam latihan rokhani dan dengan<br />

memikul air tangannya akan bertambah besar."<br />

Si nona tertawa geli. "Kalau begitu, gurumu sebetulnya bukan menjalani hukuman, tapi<br />

sedang melatih badan." katanya. "Ah ! Memang aku yang terlalu rewel dan suka mencampuri<br />

urusan orang lain."<br />

"Bukan, bukan begitu," kata Koen Po dengan cepat, "Untuk kebaikan nona, Soehoe merasa<br />

sangat berterima kasih dan tak akan melupakannya."<br />

Kwee Siang menghela nafas. "Lain orang sudah melupakan aku sama sekali," katanya<br />

didalam hati.<br />

Sesaat itu, tiba2 terdengar suara bunyi keledai yang sedang makan rumput didalam hutan.<br />

"Saudara Thio, tak usah kaum engantar lebih jauh lagi." katanya sambil bersiul dan<br />

tunggangannya segera menghampiri.<br />

Koen Po mengawasi dengan sorot mata duka. Ia kelihatannya merasa berat untuk berpisahan,<br />

tapi ia tak mengeluarkan sepatah kata,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!