20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Perlahan-lahan Biat coat berbangkit. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia mengawasi Boe<br />

Kie. Mukanya sangat menyeramkan.<br />

Seraya mengangsurkan gagang pedang, Boe Kie berkata, Cioe Kauw-nio, tolong serahkan<br />

pedang ini kepada gurumu.<br />

Cie Jiak berdiri bengong. Macam2 pikiran berkelabat dalam otaknya. Sesudah terjadi apa<br />

yang sudah terjadi, ia merasa pasti dirinya akan dipandang sebagai pengkhianat partai,<br />

seorang yang menghina guru sendiri. Apakah ia benar-benar harus berkhianat kepada gurunya<br />

sendiri? Boe Kie memperlakukannya secara baik sekali. Tapi, biar bagaimanapun juga, ia<br />

seorang anggota Mo kauw, anggota dari agama siluman.<br />

Sekonyong-konyong kupingnya mendengar bentakan gurunya, Cie Jiak, bunuh dia!<br />

Tahun itu, sesudah mengajak Cie Jiak pulang ke Boe tong san, Thio Sam Hong lalu<br />

menyerahkan muridnya, yaitu Cie Jiak kepada Biat coat Soethay sebab di dalam kuil Siauw<br />

Lim Sie tak pernah bernaung murid wanita. Nona Cioe berbakat baik. Dengan mengingat<br />

dirinya seorang yatim piatu, ia belajar giat-giat dan kemajuannya pesat sekali. Biat coat sangat<br />

menyayangnya dan selama delapan tahun, belum pernah ia berpisahan dengan gurunya itu. Di<br />

mata Cie Jiak, Biat coat bagaikan seorang ratu. Perkataannya merupakan undang-undang yang<br />

tak pernah dibantah.<br />

Kini mendengar bentakan sang guru yang angker dan berpengaruh, tanpa merasa dalam<br />

bingungnya ia mengangkat Ie thian kiam dan menikan dada Boe Kie.<br />

Karena tak menduga bakal diserang, pemuda itu tidak berwaspada. Tiba-tiba pedang<br />

menyambar. Ia terkesiap tapi sudah tidak keburu menangkis atau berkelit lagi. Untung juga<br />

waktu menikam tangan Cie Jiak bergemetaran, sehingga ujung pedang mencong ke samping<br />

dan amblas di dada sebelah kanan.<br />

Dengan berteriak, si nona menarik pulang Ie thian kiam. Pedang berlepotan darah dan darah<br />

mengucur dari dada Boe Kie. Hal itu mengejutkan semua orang. Keadaan berobah kalut, di<br />

empat penjuru terdengar teriakan.<br />

Boe Kie mendekap dada dengan tangannya. Tubuhnya bergoyang-goyang sedaun paras<br />

mukanya mengunjuk perasaan gegetun, menyesal dan heran seakan ia mau bertanya. Apa<br />

sungguh-sungguh kau mau mengambil jiwaku?<br />

Cie Jiak sendiri mengawasi hasil perbuatannya dengan mata membelalak dan mulut<br />

ternganga. Dengan suara parau ia berkata, Aku Di dalam hati ia ingin menubruk Boe Kie, tapi<br />

ia tidak berani. Sesaat kemudian, sambil menutup muka dengan kedua tangannya, ia memutar<br />

badan dan lari balik ke barisannya.<br />

Peristiwa itu tak pernah diduga oleh siapapun jua.<br />

Dengan paras muka pucat pasi, Siauw Ciauw memapah Boe Kie. Thio Kongcoe kau katanya<br />

terputus-putus. Luka pemuda itu amat berat, tapi untung, sebab moncong ujung pedang tidak<br />

melanggar jantung.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 802

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!