20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Lok Thung Kek terkejut. “Soetee, mengapa kau begitu?” tanyanya dengan gusar.<br />

Ho Pit Ong orang yang otaknya tumpul dan dalam setiap urusan ia harus berpikir lama<br />

sebelum bisa menangkap artinya. Dalam kejadian ini ia merasa heran dan bingung biarpun di<br />

dalam hati ia tahu bahwa Boe Kie yang melakukannya. Ia berpendapat bahwa jalan satusatunya<br />

untuk minta maaf dari soehengnya adalah menyerang musuh sehebat-hebatnya.<br />

Demikianlah ia segera menendang dengan seluruh te<strong>naga</strong>nya. Boe Kie mengibaskan tangan<br />

kirinya dan tendangan itu menyambar tan tian (di bawah pusar) Lok Thung Kek. Tan tian<br />

adalah pusat penting dalam tubuh manusia untuk mengerahkan hawa. Lok Thung Kek<br />

terkesiap. Secepat kilat ia berkelit dan membentak, “Soetee, apa kau gila?”<br />

“Benar Ho Sianseng!” seru Tio Beng. “Bekuk soehengmu yang berdosa dan cabul! Ayahku<br />

akan memberi hadiah besar kepadamu.”<br />

Boe Kie geli di dalam hati. Semula ia ingin menggunakan Kian koen Tay lo ie untuk<br />

menuntun serangan Ho Pit Ong ke arah Lok Thung Kek dan Lok Thung Kek ke arah Ho Pit<br />

Ong. Tapi sesudah mendengar perkataan Tio Beng, ia hanya menuntun pukulan-pukulan Ho<br />

Pit Ong ke arah Lok Thung Kek dan terhadapa Lok Thung Kek ia tetap melayani dengan<br />

Thay kek koen. “Ho Sianseng, kau tak usah kuatir,” katanya. “Kita berdua pasti bisa<br />

menumpas manusia she Lok ini. Jie lam ong akan mengangkat kau sebagai…sebagai…”<br />

“Ho Sianseng!” Tio Beng menolong. “Pangkatmu sudah ada di sini. Ia merogoh saku,<br />

mengeluarkan segulung kertas dan mengibas-ngibaskannya. “Dengarlah!” teriaknya pula.<br />

“Kau akan dianugerahkan pangkat Thay goan Hoe kok Yang Wie Tay ciang koen.”<br />

Saat itu pukulan Boe Kie menolak Lok Thung Kek ke samping kiri. Secara kebetulan selagi<br />

terhuyung si tua dipapaki oleh pukulan Ho Pit Ong yang arahnya dialirkan dengan Kian koen<br />

Tay lo ie sehingga kakek she Lok itu tergencet di antara dua pukulan yang menyambar dari<br />

kiri dan kanan.<br />

Selama puluhan tahun Lok Thung Kek dan Ho Pit Ong tak pernah berpisah dan mencintai<br />

seperti saudara kandung sendiri. Lok Thung Kek tak percaya bahwa adik seperguruannya<br />

akan menjual dia tapi sesudah lima kali beruntun diserang dengan pukulan yang<br />

membinasakan ia jadi kalap. “Binatang,” teriaknya. “Aku tak sangka karena pangka kau<br />

melupakan giekhie.”<br />

Ho Pit Ong kebingungan. “Aku…aku…,” katanya dengan suara terputus-putus.<br />

“Benar,” sambung Tio Beng. “Kau berbuat begitu sebab terpaksa, karena kau akan menjadi<br />

Hoe kok Yang Wie Tay ciang koen.”<br />

Selagi si nona bicara, Boe Kie mengerahkan sepuluh bagian te<strong>naga</strong>nya. Begitu pukulan Ho Pit<br />

Ong menyambar, ia mengalihkan dengan Kian koen Tay lo ie dan “plak” pukulan itu jatuh<br />

tepat di pundak Lok Thung Kek. Lok Thung Kek balas memukul dan beberapa gigi Ho Pit<br />

Ong yang masih tinggal rontok semua. Sebagai seorang tua, Ho Pit Ong sangat menyayangi<br />

beberapa gigi itu sehingga dapatlah dimengerti kalau darahnya segera meluap. “Soeko! Kau<br />

keterlaluan,” bentaknya. “Aku memukul kau tanpa senjata.”<br />

“Omong kosong!” teriak Lok Thung Kek.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1418

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!