20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah lama Koen loen dan Khong tong-pay tak begitu akur dan meskipun sekarang mereka<br />

bersatu untuk membasmi Beng-kauw, tapi di dalam hati, banyak anggota kedua partai itu<br />

masih mengambil sikap bermusuhan. Maka itu, dari barisan Koen loen-pay segera saja<br />

terdengar beberapa ejekan.<br />

Lihat, sungguh tinju It-koen Toan gak!<br />

Apakah yang telah dipatahkan Sie koen (empat tinju).<br />

Untung juga Siang Keng Cie berkulit hitam sehingga warna merah pada mukanya tak begitu<br />

menyolok.<br />

Dilain pihak, anggota-anggota Siauw lim-pay merasa heran dan banyak pertanyaan muncul<br />

dalam hati mereka.<br />

Pemuda itu mengatakan bahwa dia sudah pernah belajar ilmu Siauw lim sie. Siapa dia?<br />

Kim kong Poet hoay tee tak pernah diturunkan kepada orang luar. Disamping itu, Tong kian<br />

Taysoe dalam partai kita, tiada orang lain memiliki ilmu tersebut. Pemuda itu masih begitu<br />

muda. Mana bisa dia mempunya ilmu yang harus dilatih selama empat puluh tahun.<br />

Sungguh mengherankan. Siapa dia?<br />

Siapa dia?....<br />

Dilain saat, Cong Wie Hiap mengangkat tangannya dan berkata dengan suara menyeramkan,<br />

Can heng, aku merasa sangat kagum akan Sin-kangmu. Apa boleh aku menerima pelajaran<br />

darimu dalam tiga jurus? Ia menantang karena tahu bahwa te<strong>naga</strong> Cit siang koen yang<br />

dimilikinya lebih kuat banyak daripada Siang Keng Cie sehingga mungkin sekali ia akan<br />

berhasil merobohkan pemuda itu.<br />

Jika nanti Cianpwee sudah berhasil, boanpwee pasti akan menolak, jawabnya. Tapi sekarang,<br />

bolehlah boanpwee menerima pukulan Cianpwee.<br />

Dengan gusar Cong Wie Hiap mengerahkan Cin-khie sehingga tulang-tulangnya di dalam<br />

tubuh berkerotokan. Ia maju selangkah dan menghantam dada Boe Kie sekuat te<strong>naga</strong>.<br />

Begitu tinju menyentuh dada, ia terkesiap sebab tersedot dengan semacam te<strong>naga</strong> dan tak<br />

mampu menarik kembali tangannya. Dilain saat, dari tinjunya masuk semacam hawa hangat<br />

yang terus menerobos ke dalam isi perutnya. Waktu menarik kembali tangannya ia merasa<br />

semangatnya terbangun dan sekujur badannya nyaman luar biasa. Ia tertegun sejenak dan lalu<br />

mengirimkan tinju kedua ke Boe Kie. Kali ini pemuda itu mengerahkan sedikit Lweekang<br />

sehingga ia terhuyung beberapa langkah.<br />

Melihat paras muka kawannya yang sebentar pucat dan sebentar merah. Siang Keng Cie yang<br />

berdiri di samping Boe Kie menduga bahwa kawan itu terluka berat. Maka itu waktu Cong<br />

Wie Hiap mengirimkan tinju ketiga, iapun menghantam dari belakang sehingga dengan<br />

bersamaan dua tinju mampir telak di tubuh Boe Kie, satu di dada satu di punggung.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 759

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!