20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie masih berusia muda dan baru saja memikul beban berat, ia sudah harus menghadapi<br />

cengkraman yg sangat sulit. Pada hakekanya persoalan itu belu tentu segera dipecahkan<br />

secara memuaskan biarpun oleh orang tua yg berpengalaman. Disatu pihak ia ingin<br />

menghentikan permusuhan, tapi dilain pihak perbuatan musuh adalah sedemikian ganas dan<br />

sakit hati adalah sedemikian besar, sehingga tidak dapat dibiarkan begitu saja. Karena maunya<br />

nasib, tanpa bisa menolak lagi ia terpaksa menduduki kursi Kauw Coe dari Beng Kauw,<br />

sehingga oleh karenanya, ia mesti menghadapi macam2 kesulitan.<br />

Dengan pikiran kusut perlaha2 ia kembali ke rombongannya. Biarpun sangat lapar, tak<br />

seorangpun berani makan dahulu. Ia merasa tidak enak hati dan berkata dengan suara<br />

menyesal, Kalian janganlah menunggu aku. Lain kali makanlah terlebih dahulu. Sehabis<br />

berkata ia pergi menengok In Lie Heng.<br />

Paman itu sedang diberi minum kuah daging oleh Poet Hwie yg sudah mencuci bersih<br />

luka2nya dengan air hangat. In Liok hiap masih belum sadar. Tiba2 ia mengawasi nona Yo<br />

dan berteriak,<br />

Siauw Hae Moay, siang malam aku memikirkan kau! Apa kau tahu?<br />

Paras muka Poet Hwie berubah merah. Ia mengangsurkan sesendok kuah dan berbisik,<br />

Minumlah.<br />

Lebih dahulu kau harus berjanji, bahwa kau tidak akan berlalu lagi dan disampingku untuk<br />

selama2nya, kata Lie Heng.<br />

Baiklah, tapi minumlah dulu, kata si nona.<br />

In Liok hiap kelihatan puas. Ia segera meneguk kuah yg diangsurkan kemulutnya.<br />

Pada esok harinya, Boe Kie mengeluarkan perintah, supaya rombongannya menuju siauw Lim<br />

Sie di Siong san untuk menanyakan siapa yg mencelakai In Lie Heng.<br />

Wie It Siauw, Cioe Tian dan yg lain2 adalah jago2 ksatria. Melihat penderitaan In Leng Heng,<br />

didalam hati mereka merasa panas. Maka itu, perintah Boe Kie untuk pergi ke Siauw Lim Sie<br />

guna membuat perhitungan sudah disambut dengan sorak sorai. Diantara mereka hanyalah Yo<br />

Siauw yg tidak buka mulut. Akan tetapi, semenjak terjadinya peristiwa dengan Kie Siauw<br />

Hoe, hatinya selalu merasa tidak enak. Ia merasa berdosa terhadap In Lie Hong. Maka itu<br />

selain memberi bisikan supaya putrinya merawat sebisa2, ia diam2 mengambil keputusan<br />

untuk menggunakan seantero te<strong>naga</strong> guna membalas sakit hati In Liok Hiap.<br />

Pada suatu hari, rombongan itu tiba di Giok Boan Kwau. Beberapa orang segera<br />

diperintahkan membeli kuda2 tunggangan. Selama dalam perjalanan, In Lie Heng sebentar<br />

ingat, sebentar lupa. Ia belum bisa menjawab pertanyaan Boe Kie secara tegas. In hanya<br />

berkata, Aku dikepung oleh lima pendeta Siauw Lim Pay. Mereka menyerang aku dengan<br />

ilmu silat Siauw Lim Pay. Tak bisa salah lagi.<br />

Supaya tidak menyolok mata, rombongan Boe Kie menyamar sebagai kaum pedagang. Pagi<br />

itu mereka berangkat dan mengambil jalanan raya Kim Liang. Sesudah berjalan kira2 dua<br />

jam, hawa udara yaitu berubah sangat panas. Untung jg, tak lama kemudian di sebelah<br />

kejauhan terlihat deretan pohon2 Hoe yg sangat besar, semuanya kurang lebih dua puluh<br />

pohon. Mereka girang dan buru2 menuju pohon2 itu untuk mengaso.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 840

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!