20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Susudah mengawasi beberapa lama, So So ber kata: "Bukan, bukan ikan paus. Aku tak lihat<br />

semburan air."<br />

Dengan hati berdebar-debar, mereka terus memperhatikan kedua titik hitam itu. Berselang<br />

kurang lebih satu jam, tiba tiba Coei San berseru dengan suara girang: "Perahu ! Perahu !"<br />

Bahna girangnya, ia melompat bangun dan berjungkir balik. Boe Kie tertawa terbahak-bahak<br />

dan lalu mengikuti ayahuya yang sedang kegirangan. So So sendiri buru buru mengambil<br />

kayu bakar, menuang minyak ikan diatasnya dan lalu menyulutnya.<br />

Sesudah lewat kira-kira satu jam lagi, sedang matahari mulai mendoyong kebarat, mereka<br />

sudah bisa melihat tegas dua buah perahu diatas permukaan air. Mendadak So So kelihatan<br />

menggigil dan paras mukanya berubah pucat.<br />

"Ibu, ada apa ?" tanya Boe Kie dengan perasaan heran.<br />

Sang ibu tidak menjawab, tapi bibirnya bergemetar. Dengan paras muka kuatir, Coei San<br />

mencekal kedua tangan isterinya. So So menghela napas. "Baru pulang, sudah bertemu,"<br />

katanya.<br />

"Apa?" menegas sang suami.<br />

"Lihat layar itu," jawabnya sambil menuding kesebuah perahu.<br />

Coei San mengawasi keperahu yang berada di sebelah kiri. Ia mendapat kenyataan, bahwa<br />

pada layarnya terpeta sebuah tangan berdarah dengan lima jeriji yang terpentang lebar. "Layar<br />

itu aneh sekali, apa kau tahu perahu siapa?" tanyanya.<br />

"Perahu Peh bie kauw dari ayahku !" jawabnya dengan suara perlahan.<br />

Coei San tertegun. Sesaat itu rupa-rupa pikiran berkelebat-kelebat diotaknya. "Ayah So So<br />

seorang jahat dan kejam, bagaimana aku harus berbuat jika bertemu dengannya ? Bagaimana<br />

si Insoe terhadap pernikahanku ini tanyanya di dalam hati. Kedua tangan isterinya yang<br />

dicekelnya agak bergemetar. Ia mengerti, bahwa sang isteripun sedang memikiri berbagai soal<br />

yang tengah dihadapi mereka.<br />

"So So," katanya dengan suara membujuk. "Kita sudah menikah dan anak kita sudah begini<br />

besar. Langit diatas, bumi dibawah apapun yang akan terjadi kita tak akan berpisah lagi. Kau<br />

tak usah kuatir."<br />

So So mengangguk dan bersenyum. "Aku ha nya mengharap kau tidak menyesalkan aku,"<br />

katanya dengan suara perlahan.<br />

Boe Kie yang belum pernah melihat perahu, tidak menghiraukan pembicaraan antara ayah<br />

darn ibunya dan matanya terus mengawasi kedua perahu itu, yang kelihatannya sangat<br />

berdekatan, seolah-olah menempel satu sarna lain. Jika tidak ada perobahan arah, getek<br />

mereka akan perpapasan dengan kedua perahu itu dalam jarak puluhan tombak.<br />

"Apa kita perlu memberi isyarat ?" tanya Coei San.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 263

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!