20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Thio Siehiap, menurut pendapatmu, kemana kita harus pergi? tanya Kong boen.<br />

“Tat coe tentu menduga, bahwa kita pergi ke selatan atau ke tenggara, jawabnya. “Untuk<br />

menyelesaikannya, kita menyingkir ke tempat yang tidak diduga mereka. Sebaiknya kita pergi<br />

ke Monggolia. Bagaimana pendapat kalian?<br />

Semua orang kaget. Monggolia adalah negeri Tat coe. Cara bagaimana mereka mau diajak<br />

masuk ke sarang musuh?<br />

Tapi Yo Siauw menepuk nepuk tangan dan berkata sambil tertawa. “Tepat benar pendapat<br />

Thio Siehiap. Monggolia sedikit penduduknya dan digurun pasir yang luas, dengan mudah<br />

kita mencari tempat sembunyi. Tat coe tentu menganggap kita bakal kembali ke Tiong goan.<br />

Mereka tak akan mimpi, bahwa kita berbalik menyatroni sarang mereka.<br />

Sekarang semua orang tersadar. Diam diam mereka memuji kecerdasan Thio Siog Kee.<br />

Semua orang lalu menunggang kuda atau naik kereta dan segera berangkat ke arah utara.<br />

Sesudah melalui kira kira lima puluh li, rombongan itu berhenti di sebuah selat gunung. Yo<br />

Siauw segera mengeluarkan makanan kering dan arak yang memang sudah disediakannya.<br />

Sambil beromong omong, tokoh keenam partai menyatakan rasa terima kasihnya terhadap<br />

Boe Kie dan Hoan Yauw yang sudah menolong jiwa mereka.<br />

Sementara itu, Cioe Cie Jiak dan murid murid Go bie lainnya menggali lubang dan<br />

menguburkan jenazah guru mereka. Kong boen, Kong tie, Sen Wan Kiauw, Boe Kie dan yang<br />

lain2 bersembahyang dan memberi hormat terakhir kepada si nenek. Biat coat soethay adalah<br />

salah seorang pendekar kenamaan pada jaman itu. Biarpun adatnya aneh, ia seorang jujur dan<br />

selama hidupnya banyak menolong sesama manusia, sehingga segenap Rimba Persilatan<br />

menghormatinya. Waktu bersembahyang para murid Go bie menangis sedu sedan, sedang<br />

jago jago keenam partai turut merasa sedih.<br />

“Orang yang mati tak bisa hidup kembali, kata Kong boen taysoe dengan suara nyaring. “Para<br />

pendekar Go bie janganlah terlalu berduka. Asal kalian bisa penuhi mendiang gurumu, maka<br />

biarpun Soethay sudah meninggal dunia, ia seperti juga masih hidup di dalam dunia. Kali ini<br />

musuh menggunakan racun dan kita semua sama sama menderita. Kong seng Soetee dari<br />

partai kami juga binasa dalam tangan Tat coe. Sakit hati ini pasti mesti dibalas. Cara<br />

bagaimana kita harus membalasnya, kita sekarang harus berunding masak masak.<br />

“Benar, menyambung Kong tie. “Dalam waktu yang lampau enam partai bermusuhan keras<br />

dengan Beng kauw. Tak dinyana Thio Kauwcoe membalas kejahatan dengan kebaikan dan<br />

sudah menolong kita semua. Mulai dari sekarang kedua belah pihak meniadakan permusuhan<br />

dan melupakan segala apa yang sudah terjadi. Hari ini dengan meminjam kesempatan dari<br />

kumpulnya semua partai, loolap ingin mengajukan sebuah usul. Usul itu ialah kita beramai<br />

ramai mengangkat Thio Kauwcoe sebagai Beng coe (kepala perserikatan) dari perserikatan<br />

partai2 Rimba Persilatan di wilayah Tiong goan. Dengan berserikat dan bekerja sama dan<br />

bersatu padu, kita berusaha untuk mengusir Tat coe dari tanah air kita.<br />

Usul itu disambut dengan sorak sorai gegap gempita oleh para hadirin. Hanya Cioe Cie Jiak<br />

seorang yang tidak mengeluarkan sepatah kata. Ia menunduk dan memikirkan janji yang telah<br />

diberikannya kepada sang guru.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1006

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!