20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Disini tak ada orang luar, kau bicaralah terus terang," kata Biat coat.<br />

Siauw Hoe mengerti, bahwa ia sedang menghadapi kebinasaan den sekarang ia tak dapat<br />

menyembunyikan apapun jua. Maka itu, ia lantas saja berkata. "Soehoe, pada enam tahun<br />

berselang, Soe Hoe telah memerintahkan kami, delapan orang saudara seperguruan turun<br />

tangan untuk menyelidiki tempat bersembunyinya Cia Soen. Pada suatu hari, teecoe (murid)<br />

tiba di Tay soe po. Ditengah jalan, teecoe bertemu dengan seorang pria setengah tua, usianya<br />

kira-kira empat puluh tahun yang mengenakan baju putih. Dia selalu menguntit toecoe.<br />

Teecoe menginap dirumah penginapan, dia turut menginap disitu, teecoe makan dia makan,<br />

teecoe jalan, ia turut jalan. Semula teecoe tidak menghiraukannya, tapi belakangan, karena<br />

merasa tak tahan, teecoe lalu menegurnya. Tapi dia menjawab seperti orang otak miring.<br />

Sebab gusar, teecoe menghunus pedang lalu menikamnya. Dia tidak membawa senjata, tetapi<br />

diluar dugaanku, ilmu silatnya amat tinggi dan dalam dua tiga jurus, dia sudah merampas<br />

senjata teecoe."<br />

"Dengan bingung, teecoe kabur dan diapun tidak mengejar. Pada keesokan paginya, waktu<br />

mendusin dari tidur dalam sebuah kamar penginapan, dengan kaget dan heran, teecoe<br />

mendapat kenyataan bahwa pedang teecoe menggeletak disamping bantal kepala. Ketika<br />

teecoe meninggalkan rumah penginapan itu, orang itu mengikuti lagi. Teecoe mengerti,<br />

bahwa teecoe tidak dapat menggunakan kekerasan dan lalu menegurnya dengam kata-kata<br />

yang tajam. Teecoe mengatakan, bahwa dia harus mengenal kesopanan dan bahwa partai Go<br />

bie pay bukan partai yang boleh dibuat permainan.<br />

Biat coat manggut-manggutkan kepalanya, seperti juga ia menyetujui perkataan murid itu.<br />

Sesudah berdiam sejenak, Siauw Hoe melanjut kan penuturannya. "Orang-orang itu tertawa<br />

tawa dan berkata: "Ilmu silat seorang yang sudah terpecah menjadi partai ini dan partai itu,<br />

dengan sendirinya sudah merosot. Kalau nona suka mengikuti aku, aku akan memperlihatkan<br />

bahwa dalam ilmu silat masih terdapat lain dunia yang berbeda dengan dunia mu."<br />

Biat coat Soethay adalah seorang yang sempit pandangannya. Seumur hidup ia mempelajari<br />

ilmu silat dengan mengasingkan diri sehingga pengetahuannya mengenai dunia luar sangat<br />

terbatas. Mendengar keterangan Siauw Hoe, ia lantas saja merasa ketarik dan berkata. "Kalau<br />

begitu kau boleh coba mengikuti dia dan coba menyelidiki ilmu apa yang dimilikinya."<br />

Paras muka si murid berubah merah. "Soehoe, dia seorang yang belum dikenal, bagaimana<br />

teecoe bisa mengikutinya ?"<br />

"Aha! Kau benar!" kata sang guru, "Kau segera usir dia bukan?"<br />

"Dengan rupa-rupa jalan teecoe coba menyingkirkan diri, tapi selalu tidak berhasil," jawabnya<br />

"Akhirnya teecoe tertawan..... Teecoe bernasib sial sehingga bertemu dengan musuh penitisan<br />

yang lampau ..... " Berkata sampai disitu, suaranya makin perlahan.<br />

"Habis bagaimana?" mendesak Biat coat.<br />

"Teecoe tidak bisa melawan dan kehormatan teecoe telah dirusak olehnya," Jawabnya dengan<br />

suara hampir tidak kedengaran. "Ia menilik tee coe dengan sangat keras, sehingga percobaan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 488

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!