20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendadak dari dalam hutan berkelebat satu bayangan manusia yang sambil membentak keras,<br />

mengadang didepan Pheng Hweeshio, sehingga pedang Teng Bin Koen yang tengah<br />

menyambar menancap tepat dilehernya. Hampir berbareng tangan orang itu menghantam dan<br />

"buk!" mengenakan dada Teng Bin Koen yang lantas saja terhuyung beberapa tindak dan<br />

mulutnya memuntahkan darah. Pedang yang dilepaskan oleh nona Teng tetap menancap<br />

dileher orang itu yang rupanya sudah tak bisa hidup lebih lama lagi.<br />

See Leng coo maju dua tindak dan mengawasi orang itu. "Pek Kwie Sioe" teriaknya.<br />

Orang itu memang Pek Kwie Sioe, Tancoe dari Hian boe tan.<br />

Sesudah terluka berat, ia mendapat tahu, bahwa untuk melindungi dirinya, Pheng Hweeshio<br />

telah dikepung oleh orang-orang Siauw lim, Koen loan, Go bie dan Hay see pay. Maka itu,<br />

dengan sekuat te<strong>naga</strong> ia datang ketempat pertempuran dan menggantikan Hweeshio itu untuk<br />

menerima tikaman Teng Bin Koen. Tapi pukulannya yang terakhir masih hebat luar biasa,<br />

sehingga beberapa tulang rusuk Teng Bin Koen menjadi patah.<br />

Sesudah menenteramkar hatinya. Kie Siauw Hoe lalu merobek tangan bajunya untuk<br />

membalut luka dilengannya dan kemudian, dengan pedangnya, ia memutuskan tambang yang<br />

membelenggu kaki tangan Pheng Hweeshio. Sesudah itu, tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia<br />

memutar badan dan berjalan pergi.<br />

"Kie Kouwnio, tahan!" seru si pendeta, "Terimalah hormatnya Pheng Hweeshio."<br />

Buru-buru Kie Slauw Hoe melompat kesamping untuk menolak pemberian hormat pendeta itu<br />

yang berlutut ditanah.<br />

Begitu bangun berdiri si pendeta segera menjemput pedang See long coe dan berkata:<br />

"Manusia yang sudah merusak nama baik Kie Kouw nio tidak boleh dibiarkan hidup terus."<br />

Seraya berkata begitu, ia mengayun pedang dan menikam tenggorokan Teng Bin Koen.<br />

Bagaikan kilat nona Kie menangkis pedang itu. "Dia adalah kakak seperguruanku," katanya<br />

"Biarpun dia tidak menyintai aku, aku sendiri tak bisa tidak mengenal pribudi."<br />

"Kalau sekarang tidak dibunuh, dibelakang hari dia bisa menyebabkan munculnya banyak<br />

kesukaran bagi Kie Kouwnio," kata si pendeta.<br />

Air mata Siauw Hoe lantas saja mengucur. "Aku seorang wanita yang bernasib paling buruk<br />

dalam dunia ini," katanya dengan suara sedih: "Biarlah, biarlah aku menyerahkan saja segala<br />

apa kepada nasib. Pheng Soehoe, jangan kau melukakan Soe cieku!"<br />

"Perintah Kie Lihiap sudah tentu tidak akan dilanggar olehku," kata Pheng Hweeshio sambil<br />

membungkuk.<br />

"Soecie, kuharap kau bisa menjaga diri baik baik" kata Kie Siauw Hoe dengan suara perlahanlahan<br />

kemudian, sesudah memasukkan pedangnya kedalam sarung, ia segera berlalu tanpa<br />

menengok lagi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 417

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!