20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah percobaan <strong>membunuh</strong> pelayannya 2 kali dihalang2i, Poet Hwie jadi gusar. Boe Kie<br />

koko! bentaknya. apakah kau kawannya budak kecil itu?<br />

Baru hari ini aku bertemu dengannya jawab pemuda itu.<br />

kalau kau tak tahu duduknya persoalan, janganlah campur2 urusanku, kata pula nona Yo. Dia<br />

adalah musuh besar dari keluargaku, karena kuatir dia mencelakaiku maka ayah sudah<br />

merantai kaki tangannya. Sekarang kami berdua ayah dan anak, kena It im cie. Dia pasti akan<br />

menggunakan kesempatan yang baik ini untuk membalas sakit hati. Jika kami jatuh dalam<br />

tangannya, celakalah!<br />

Tapi Boe Kie masih tetap yakin, bahwa nona kecil itu bukan manusia jahat. Maka itu, ia lalu<br />

berkata. Nona, apakah kau akan berusaha membalas sakit hati dengan menggunakan<br />

kesempatan baik itu?<br />

Si nona menggeleng2kan kepala tidak! jawabnya.<br />

Poet Hwie moay noay, dengarlah! kata Boe Kie. Ia sudah berjanji. Ampunilah dia!<br />

Baiklah, kata nona Yo. Aku tak dapat menolak permintaanmu. Aduh Tiba2 tubuhnya<br />

tergoyang2 seperti mau jatuh.<br />

Boe Kie mengerti, bahwa si nona sudah tak dapat mempertahankan dirinya lagi, sebab<br />

lukanya yang sangat berat. Buru2 ia mendekati untuk memegangnya. Mendadak ia merasakan<br />

kesakitan hebat pada Hian kie dan Tiong kie hiat, dibagian pinggangnya dan ia roboh tanpa<br />

berdaya. Ternyata, ia sudah dibokong nona itu, jari tangan Poet Hwie menyambar ke arah Tay<br />

yang hiat dari pelayannya.<br />

Tapi sebelum totokan itu hampir pada sasarannya ia menggigil. Sekujur badannya kesemutan.<br />

Cekalannya pada pergelangan tangan si pelayan terlepas, kedua lututnya lemas dan ia jatuh<br />

duduk di kursi.<br />

Poet Hwie memang sudah terluka berat dan bahwa ia tadi dapat mempertahankan diri adalah<br />

karena khasiat obat yang telah ditelannya. Sesudah menotok Boe Kie te<strong>naga</strong>nya habis dan tak<br />

kuat menyerang lagi.<br />

Sambil menjemput pedang yang masih menggeletak dilantai, si pelayan berkata, Siocia, kau<br />

selalu bercuriga, bahwa aku akan <strong>membunuh</strong> kau. Kalau mau dengan mudah aku sekarang<br />

bisa berbuat begitu. Tapi aku tak punya maksud jahat. Ia segera memasukkan pedang itu<br />

kedalam sarungnya, dan lalu menggantungnya ke dinding.<br />

Sekonyong2 Boe Kie bangun berdiri Poet Hwie moay moay, kau lihatlah! katanya. Dia<br />

memang tidak mengandung niatan yang kurang baik.<br />

Dengan rasa kagum nona Yo mengawasi pemuda itu yang dengan mudah dapat membuka<br />

sendiri hiat yang ditotoknya.<br />

Sambil menyoja, Boe Kie berkata pada nona cilik itu. Nona, aku ingin sekali mengubar<br />

pendeta itu. Apakah disini tak ada lagi jalan lain?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 719

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!