20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dalam setengah tahun ini, kalau hatinya senang, Boe Kie sering mengikuti kawanan kera<br />

memanjat lereng gunung yang curam dan bermain2 disitu sambil memandang lembah2 yang<br />

berada jauh dibawah. Dengan memiliki kepandaian yang sekarang dimiliki, kalau mau dengan<br />

mudah ia akan dapat keluar dari kurungan itu. Ia dapat memanjat tebing2 yang tidak dapat<br />

dipanjat oleh lain manusia. Tapi ia justru tidak mau. Sesudah mendapat banyak pengalaman<br />

pahit getir dan bertemu dengan banyak manusia yang pandai berpura2, hatinya jadi dingin.<br />

Perlu apa aku masuk lagi ke dalam dunia pergaulan untuk mencari kepusingan? pikirnya. Aku<br />

sudah merasa puas dengan hidup disini sampai hari tua.<br />

Hari itu dengan Lweekangnya yang sangat dalam, ia mengorek sebuah lubang yang dalamnya<br />

kurang lebih 3 kali di batu karang. Disamping mulut terowongan. Sesudah itu, ia<br />

membungkus keempat jilid Kioe Yang Sin Kang, In Keng dari Ouw Ceng Goe dan Tok Keng<br />

dari Ong Lan Kouw dengan menggunakan kain minyak yang dikeluarkan dari perut kera<br />

putih. Ia masukkan bungkusan kitab2 itu dalam lubang yang lalu ditutupnya dengan batu2 dan<br />

tanah. Karena jodoh yang sangat luar biasa, aku mendapatkan kitab itu dari perut seekor kera,<br />

katanya dalam hati. entah kapan dan entah siapa yang akan datang disini lagi dan menggali<br />

keluar kitab2 yang ditanam olehku. Sambil mengerahkan Lweekang, ia segera menulis enam<br />

huruf diatas batu dengan jerijinya. Tempat Thio Boe Kie menyimpan kitab.<br />

Selama belajar dan berlatih, karena repotnya. Ia sama sekali tidak merasa kesepian. Tapi pada<br />

malam itu, sesudah menyelesaikan pelajaran dengan hasil yang gilang gemilang, ia merasa<br />

suatu kekosongan dalam hatinya dan ingin sekali bertemu dengan seorang manusia lain untuk<br />

beromong2. disini waktu aku boleh tak usah takuti Coe Peh peh, pikirnya. biar sekarang aku<br />

coba menemui dia. Memikir begitu, ia lantas saja melompat naik ke lubang terowongan dan<br />

berlutut untuk mencoba merangkak masuk. Tapi lubang itu ternyata terlalu kecil untuk<br />

badannya. Pada empat tahun yang lalu, ia baru berusia lima belas tahun dan tubuhnya masih<br />

kurus kecil. Tapi sekarang dalam usia 19 tahun, ia telah menjadi seorang dewasa dan<br />

badannya sudah berubah banyak. Tapi Boe Kie, sesudah mendalami Kioe Yang Cin Keng,<br />

dapat diatasi olehnya. Ia segera menarik nafas dalam2 dan mengeluarkan ilmu Siok Koet<br />

Kang (ilmu mengerutkan tulang2). Dengan ilmu itu, daging dan otot2 antara tulang2<br />

mengerut, sehingga tulang2nya dapat dikatakan berkumpul menjadi satu. Dengan demikian<br />

dia dapat masuk kedalam terowongan.<br />

Waktu ia tiba dimulut terowongan, Coe Tiang Leng sedang tidur pulas sambil bersandar di<br />

sebuah batu besar. Ia menepuk pundak orang tua itu lantas saj tersadar. Bukan main kagetnya<br />

Coe Tiang Leng. Ia melompat bangun dan sambil mengawasi Boe Kie dengan mata<br />

membelalak, ia berkata dengan suara terputus putus. Kau kau.<br />

Coe Peh Peh, kata Boe Kie seraya tersenyum. Benar, aku Boe Kie.<br />

Coe Taing Leng kaget tercampur girang, mendongkol tercampur benci. Sesudah<br />

mengawasinya beberapa lama, barulah ia berkata pula, kau sudah besar sekali. Hm.Mengapa<br />

selama bertahun2, kau tak pernah keluar biarpun aku memohon berulang2?<br />

Jilid 32_______________<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 592

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!