20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bagaimana kalau Sioeco dari Tat-mo tong? tanya Pheng Eng Giok. Jika Sioeco Tat-mo tong<br />

juga tak bisa menemui kami, kami bersedia untuk bicara saja dengan Sioeco Lo-han tong.<br />

Tapi jawaban si pendeta tetap tidak berbeda, Tidak bisa menemui! katanya.<br />

In Thian Ceng meluap darahnya. Gila! teriaknya. Kau bilang saja apa pemimpin kamu mau<br />

menemui kami atau tidak? Hampir bersamaan dengan bentakannya, ia menghantam sebuah<br />

pohon siong tua dengan kedua tangannya. Pohon itu segera patah dan roboh.<br />

Pendeta itu ketakutan. Kalian yang datang dari tempat jauh sebenarnya harus diterima dengan<br />

segala kehormatan, katanya. Hanya menyesal para pemimpin kami sedang menutup diri<br />

sehingga kami mohon kalian sudi datang di lain waktu. Seraya berkata begitu, ia<br />

membungkuk dan memutar badan.<br />

Dengan sekali melompat Wie It Siauw sudah menghadang di depannya. Bolehkah aku<br />

mendapat tahu hoat-beng Taysoe yang mulia? Tanyanya.<br />

Hoat beng siauw ceng Hoei-hian, jawabnya.<br />

Mendengar itu semua pemimpin Beng-kauw dongkol bukan main. Seorang pendeta Siauw lim<br />

yang menggunakan nama Hoei adalah pendeta ketiga yang hidup pada saat itu. Sebagaimana<br />

diketahui yang paling tinggi Kong, sedang yang kedua adalah Goan. Bahwa Siauw lim hanya<br />

mengirimkan seorang wakil dari tingkatan Hoei untuk menyambut pemimpin Beng-kauw<br />

dianggap suatu hinaan paling besar.<br />

Dengan paras muka gusar Wie It Siauw menepuk pundak pendeta itu. Baiklah! katanya.<br />

Taysoe terus menerus mengatakan tidak bisa menemui. Jika Giam-loo-ong yang memanggil,<br />

Taysoe akan menemui atau tidak?<br />

Begitu ditepuk Hoei-hian merasakan hawa dingin yang sangat hebat menerobos, sehingga<br />

sekujur badannya gemetaran dan giginya gemelutukan. Sambil menahan rasa dingin itu, dia<br />

lari melewati Wie It Siauw dan terus kabur ke atas gunung dengan langkah limbung.<br />

Sesudah dia dipukul, guru dan paman-paman gurunya tidak akan menyudahi begitu saja, Boe<br />

Kie menyambung perkataan itu. Sekarang tak ada jalan lain daripada naik ke atas untuk<br />

melihat pendeta-pendeta itu benar-benar tidak mau menemui kita.<br />

Semua orang mengangguk. Mereka merasa bahwa satu pertempuran hebat tidak bisa<br />

dielakkan lagi. Siauw lim-pay dikenal sebagai gunung Thay-san atau bintang Pak tauw dalam<br />

Rimba Persilatan dan selama ribuan tahun, partai itu dinamakan sebagai partai yang tak<br />

pernah terkalahkan. Hari ini akan diputuskan, apa Beng-kauw atau Siauw lim-pay yang akan<br />

unggul. Mereka tahu bahwa di dalam kuil Siauw lim sie terdapat banyak orang pandai<br />

sehingga hebatnya pertempuran yang akan terjadi sukar dibayangkan lagi. Mengingat begitu,<br />

dengan semangat bergelora para pemimpin Beng-kauw mendaki gunung.<br />

Berselang kira-kira sepeminuman teh mereka tiba di pendopo Lip-soat-teng. Dengan rasa<br />

terharu Boe Kie ingat bahwa pada beberapa tahun berselang mereka bersama-sama Thaysoehoenya,<br />

ia bertemu dengan pendeta suci Siauw lim-pay di pendopo itu. Pada waktu itu ia<br />

datang sebagai seorang bocah yang kurus kering yang menderita keracunan hebat, tapi<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 863

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!