20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

jie luar biasa baik. Baiklah, aku akan menceritakan segala penderitaanku kepadamu, orang<br />

satu-satunya didalam dunia yang boleh mendengar rahasiaku."<br />

Sehabis berkata begitu, air matanya mengucur. Ia mengambil saputangan dan sesudah<br />

menyusut air mata, ia berkata pula, "Sedari aku kebentrok dengan seorang kakak seperguruan<br />

pada dua tahun lebih yang lalu, aku tidak berani menemui Soe hoe lagi... aku tidak berani<br />

pulang..."<br />

"Hmm! Teng Bin Koen! ...... Kouwkouw kau tidak usah takut," kata Boe Kie.<br />

"Bagaimana kau tau?" tanya Siauw Hoe dengan rasa terkejut dan heran.<br />

Boe Me segera memberitahukan, bahwa pada malam itu, bersama Siang Gie Coen ia telah<br />

menyaksikan peristiwa menolong Pheng Hweeshio.<br />

Siauw Hoe menghela napas. "Memang.... rahasia memang tak mungkin ditutup," katanya.<br />

"Kouwkouw, kau tak usah terlalu berduka." kata Boe Kie, "In Lioksiok adalah seorang baik.<br />

Kalau kau tidak suka menikah dengannya, urusan itu bukan urusan yang terlalu besar. Begini<br />

saja, kalau bertemu dengan Lioksiok, aku akan memberitahukannya, bahwa kau tidak suka<br />

menikah dan dia merdeka untuk mencari lain isteri!"<br />

Mendengar perkataan yang polos-jujur itu, yang keluar dari otak sederhana, Siauw Hoe<br />

tertawa getir. "Anak," katanya dengan suara bergemetar. "Percayalah, bahwa aku bukan<br />

sengaja berbuat kedosaan terhadap pamanmu. Waktu itu aku...aku.... tidak ada lain jalan....<br />

dan akupun sudah merasa menyesal sekali...." Ia tidak meneruskan perkataannya dan air<br />

matanya kembali mengucur.<br />

Ia mengawasi si bocah dan berkata dalam hatinya "Anak ini masih suci bersih, bagaikan<br />

selembar kertas putih. Ah Lebih baik aku tidak menceriterakan segala hal percintaan<br />

kepadanya. Apa pula urusan pribadi ini tiada sangkut pautnya dengan dia." Memikir begitu, ia<br />

lantas saja berkata : "Sesudah bercekcok dengan Teng Soecie, dengan membawa Poet jie aku<br />

bertani dan hidup mengasingkan diri disuatu tempat yang terpisah kira-kira tiga ratus lie<br />

disebelah barat Ouw tiap kok ini. Selama dua tahun lebih aku hanya bergaul dengan kaum<br />

petani dan aku dapat melewati hari dengan tidak banyak pikiran. Setengah bulan yang lalu,<br />

aku mengajak Poet jie kekota untuk membeli kain guna pakaian anakku itu. Di luar dugaan, di<br />

atas sebuah tembok, secara kebetulan aku melihat gambar sebuah lingkaran Hoed kong<br />

(lingkaran sinar Buddha yang suci) dan sebatang pedang."<br />

"Itulah tanda rahasia memanggil kawan dari partai Go bie pay. Aku binguog dan sangat<br />

bersangsi. Sesudah menimbang-nimbang aku menganggap, bahwa meskipun aku telah<br />

kebentrok dengan Teng Soecie, tapi aku belum pernah me lakukan perbuatan yang menghina<br />

guru atau menghianati partai. Disamping itu, bentrokan tersebut juga tak ada sangkut pautnya<br />

dengan Soehoe dan lain-lain saudara seperguruan. Tanda itu mungkim diberikan oleh salah<br />

seorang saudara seperguruanku yang tengah menghadapi bahaya besar dan jika benar begitu,<br />

aku merasa tidak pantas untuk berpeluk tangan. Demikianlah, dengan menuruti petunjuk dari<br />

tanda rahasia itu, aku pergi ke Hong yang."<br />

"Di kota Hong yang aku kembali melihat tanda itu yang memberi petunjuk, supaya kawankawan<br />

datang di rumah makan Lim hway kok. Sudah ketelanjuran datang, aku segera<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 459

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!