20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Eh, kau kenapa? tanya Boe Kie heran.<br />

Nona itu tak menyahuti, ia lantas memotong rambut orang, untuk dibikin sedikit pendek,<br />

setelah itu ia membuat konde. Sebagai tusuk kondenya, ia meraut cabang pohon.<br />

Diriasi begitu, walaupun pakaiannya butut, Boe Kie tampak cakap dan gagah.<br />

Lagi-lagi si nona menghela nafas.<br />

Goe koko, katanya perlahan, kagum. Aku tidak sangka, kau sebenarnya berwajah begini<br />

tampan.<br />

Boe Kie cepat menyahut, nona itu tentu menyesali wajahnya sendiri, maka ia berkata, Di<br />

dalam dunia ini, apa yang bagus, di dalamnya suka mengeram apa yang jelek. Burung merak<br />

begitu indah bulunya tapi nyalinya beracun. Jengger burung boo yan merahpun bagus sekali<br />

tapi racunnya bukan main. Demikian binatang lainnya, seperti ular, bagus dilihatnya tapi<br />

jahatnya berlebihan. Wajah tampan apa faedahnya? Yang penting hatinya baik.<br />

Mendengar itu si nona tertawa dingin.<br />

Hati baik apa faedahnya? ia tanya. Coba kau jelaskan!<br />

Ditanya begitu, Thio Boe Kie tidak segera dapat menjawab. Dia tersentak sejenak.<br />

Siapa berhati baik, dia tak dapat melukai orang, katanya kemudian.<br />

Tidak mencelakai orang apakah kebaikannya? tanya Coe Jie.<br />

Jikalau kau tidak <strong>membunuh</strong> orang maka hatimu menjadi tenang, Boe Kie menjelaskan.<br />

Jika aku tidak mencelakai orang, hatiku justru tidak tenang, kata si nona. Kalau aku<br />

mencelakai orang hingga hebatnya bukan kepalang hatiku barulah tenang dan girang.<br />

Boe Kie menggelengkan kepala. Itu artinya kau merampas peri keadilan! katanya.<br />

Si nona ketawa dingin.<br />

Kalau bukan mencelakai orang, apa gunanya aku belajar ilmu Cian Coe Ciat-hoe coe?<br />

katanya. Kenapa aku mesti menyiksa diri, hingga menderita tak habisnya? Apa itu untuk<br />

main-main saja!<br />

Habis berkata ia mengeluarkan kotak kemalanya, membuka tutupnya dan memasukkan kedua<br />

telunjuknya ke dalam kotak tersebut.<br />

Sepasang laba-laba belang dalam kotak bergerak perlahan-lahan, lantas mereka menggigit<br />

kedua telunjuk itu. Si nona menarik nafas dalam-dalam, kedua lengannya gemetaran,<br />

tandanya ia mengerahkan te<strong>naga</strong> dalamnya melawan isapan laba-laba itu. Kalau si laba-laba<br />

mengisap darah si nona, maka si nona menyedot masuk racun kedua binatang itu ke dalam<br />

darahnya.<br />

Boe Kie mengawasi saja. Ia melihat wajah si nona bersungguh-sungguh, di kedua pelipisnya<br />

muncul warna hitam, lantas nona itu mengertak gigi, tandanya ia menahan sakit. Selama<br />

sejenak, dari hidungnya keluar keringat menetes.<br />

Sekian lama Coe Jie melatih ilmu itu. Sesudah kedua laba-laba mengisap puas darahnya,<br />

keduanya lantas melepaskan gigitannya, merebahkan dirinya untuk terus tidur pulas.<br />

Cahaya hitam di pelipis Coe Jie lenyap dengan cepat, kulitnya menjadi segar kembali. Dia<br />

menghela nafas, Boe Kie merasakan hawa nafas itu berbau harum, hanya berbeda, ia merasa<br />

kepalanya pusing mau pingsan. Itulah tandanya hawa itu beracun hebat.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 631

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!