20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pheng Hweeshio dan yang lain jadi girang sekali.<br />

Mendengar pembicaraan itu, Boe Kie berkata dalam hatinya, Mereka berlima bukan saja<br />

berkepandaian tinggi tapi juga mempunyai budi pekerti yang sangat luhur. Apakah orangorang<br />

seperti itu sesat semua? Sesaat kemudian ia merasa karung diangkat dan semua orang<br />

mulai berangkat ke Kong Beng-teng. Setelah mengetahui bahwa Coe Jie tak kurang suatupun,<br />

hati pemuda itu memikirkan soal pertarungan antara enam partai Tiong-goan dan Beng-kauw.<br />

Siapa yang akan menang? Dilain saat, ia ingat bahwa setibanya di Kong Beng-teng, ia akan<br />

bertemu dengan Yo Poet Hwie. Apakah si nona masih mengenali dirinya?<br />

Setelah berjalan sehari semalam, tiba-tiba Boe Kie merasa karung itu menyentuh-nyentuh<br />

tanah. Semula ia tak mengerti sebab musebabnya. Belakangan, waktu ia mengangkat kepala,<br />

kepalanya terbentur batu yang menyerupai dinding. Sekarang ia baru tahu bahwa ia sedang<br />

berada di dalam terowongan, di bawah tanah, yang hawanya sangat dingin. Berselang kirakira<br />

satu jam barulah mereka keluar dari terowongan. Mereka terus naik ke atas dan tak lama<br />

kemudian masuk ke dalam terowongan lain. Sesudah keluar masuk lima terowongan, tiba-tiba<br />

terdengar teriakan Cioe Tian, Yo Siauw, si Kelelawar dan Ngo Sian-jin datang untuk<br />

menemuimu!<br />

Lewat beberapa saat barulah terdengar jawaban. Aku sungguh tak menyangka Hok-ong dan<br />

Ngo Sian-jin sudi datang berkunjung. Yo Siauw tak bisa menyambut dari tempat jauh dan<br />

harap kalian sudi memaafkan.<br />

Jangan berlagak bicara manis-manis, kata Cioe Tian. Di dalam hati, kau tentu mencaci kami.<br />

Kau tentu mencaci kami sebagai badut yang sudah bersumpah tak mau naik lagi ke Kong<br />

Beng-teng dan tak mau ikut campur lagi urusan Beng-kauw, sekarang datang tanpa diundang.<br />

Tidak, tidak begitu, kata Yo Siauw. Siauw tee justru sedang kebingungan. Enam partai besar<br />

telah mengurung Kong Beng-teng dan Siauw tee seorang diri. Dengan memandang muka<br />

Coen Thian-seng, Hok-ong dan Ngo Sian-jin datang berkunjung untuk memberi bantuan. Ini<br />

benar-benar rejekinya Beng-kauw.<br />

Bagus kalau kau tahu, kata Cioe Tian.<br />

Yo Siauw segera mengajak tamu-tamunya masuk ke dalam dan seorang pelayan<br />

menyuguhkan teh.<br />

Tiba-tiba si pelayan mengeluarkan teriakan menyayat hati. Boe Kie tak tahu sebabnya, tapi<br />

teriakan itu membangunkan bulu romanya.<br />

Beberapa saat kemudian, Wie It Siauw tertawa dan berkata, Co soe cia, kau telah<br />

membinasakan pelayanmu. Aku pasti akan membalas budimu itu. Ia mengucapkan kata-kata<br />

itu dengan suara lantang dan bersemangat. Boe Kie terkejut, sekarang ia tahu bahwa si<br />

Kelelawar telah <strong>membunuh</strong> dan menghisap darah pelayan itu.<br />

Di antara kita tak ada soal budi, kata Yo Siauw dengan tawar. Bahwa Hok-ong sudi datang ke<br />

sini merupakan bukti bahwa ia menghargai aku.<br />

Ketujuh orang itu adalah jago utama dari Beng-kauw. Walaupun di antara mereka terdapat<br />

perselisihan tapi pertemuan yang terjadi pada saat Beng-kauw menghadapi musuh-musuh<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 691

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!