20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kau sungguh pintar, memuji si nona sambil tertawa.<br />

Boe Kie merasa sangat kagum. Dengan siasat bumi hangus, musuh pasti tidak akan menduga<br />

bahwa Cia Soen sebenaranya bersembunyi dibawah tempat kebakaran dan mereka tentu akan<br />

mengubar ketempat lain.<br />

Diantara kamar2 batu itu ada sebuah yang pintunya - pintu besi ditutup rapat. Boe Kie<br />

menduga, bahwa ayah angkatnya berada dalam kamar tersebut, tapi, biarpun sangat ingin<br />

bertemu dengan orang tua itu, ia tidak berani menanyakan atau bertindak sembarangan. Ia<br />

mengerti, bahwa setiap tindakan yang ceroboh dapat berakibat hebat.<br />

Setelah berdiam disitu kira kira setengah hari, hawa panas perlahan lahan mulai mereda. Baru<br />

saja Coe Tiang Leng dan yang lain2 menggelar selimut untuk mengaso, sekonyong konyong<br />

terdengar suara tindakan kuda mendatangi dari sebelah kejauhan. Tak lama kemudian, kuda<br />

kuda itu sudah berada diatas tempat persembunyian mereka.<br />

Api sudah padam lama, bangsat Coe Tiang Leng pasti sudah kabur ketempat lain dengan<br />

membawa Cia Soen, demikian terdengar suara seorang. Ayolah, ubar! Sesaat kemudian,<br />

terdengar suara kaki kuda yang makin lama jadi makin jauh. Ternyata, terowongan tersebut<br />

dan Coe kee-ching dihubungkan dengan sebatang pipa besi, sehingga setiap suara dimuka<br />

bumi bisa didengar jelas dalam lorong dibawah tanah.<br />

Pada malam itu, lima rombongan musuh lewat diataas rombongan Koen loen-pay, kie-keng<br />

pang dan dua rombongan terdiri dari tujuh delapan sampai belasan orang dan mereka semua<br />

mencari Cia Soen dengan menggunakan perkataan perkataan yang hebat2.<br />

Kalau Giehoe belum buta dan tidak terluka bangsat cecurut itu tidak dipandang sebelah mata<br />

olehnya, kata Boe-Kie didalam hati.<br />

Sesudah kelima rombongan itu lewat, Yauw Ceng Coau segara menyumbat lubang pipa<br />

dengan sepotong kayu, supaya suara dalam terowongan tidak sampai terdengar diatas.<br />

Sesudah itu, ia berkata dengan suara perlahan. Aku ingin menengok Cia Tay-hiap.<br />

Coe Tiang Leng mengangguk dan Yauw Ceng Coan segera memutar alat rahasia dipinggir<br />

pintu besi yang perlahan lahan lantas terbuka. Dengan membawa lampu minyak tanah, Ia<br />

masuk kedalam kamar itu.<br />

Sesaat itu, Boe Kie tidak dapat menahan sabar lagi, ia berbangkit, menghampiri pintu dan<br />

mengawasi ke dalam. Ia melihat seorang laki2 yang bertubuh tinggi besar sedang tidur<br />

meringkuk dan muka menghadap kedalam. Air mata si bocah lantas saja berlinang linang.<br />

Cia Tayhiap, bisik Yauw Ceng Coan, apa kau merasa enakan? Mau minum?<br />

Mendadak angin menyambar dan lampu padam. Hampir berbareng terdengar suara buk!tubuh<br />

Yauw Ceng Coan terpental keluar dan jatuh dilantai.<br />

Manusia2 dari Siauw Lim pay, Koen loen pay, Khong tong pay! demikian terdengar Cia<br />

Soan. <strong>Mar</strong>i! <strong>Mar</strong>i! Apa kamu kira Kim-mo Say-eng Cie Soen takut kepadamu?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 564

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!