20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Gie hoe, berapa usia Seng Koen sekarang?" tanya si anak.<br />

Paras muka Cia Soe lantas saja berubah, "Tak salah kau, nak," katanya. "Dia sekarang sudah<br />

berumur enampuluh lima tahun. Sakit hatiku kebanyakan tidak bisa terbalas Hai! Langit!<br />

Langit! Kau telah membuat aku sangat menderita!"<br />

Coei San dan So So mengerti apa yang dipikir kakak mereka. Andaikata dibelakang hari Boe<br />

kie berhasil memecahkan rahasia To liong to, andaikata ia memperoleh ilmu yang dapat<br />

merubuhkan Seng Koen, andaikata ia bisa pulang ke Tionggoan dan mencari Seng Koen, hal<br />

itu tentunya bakal terjadi dalam duapuluh atau tigapuluh tahun kemudian. Pada waktu itu,<br />

sepuluh sembilan harapan, Seng Koen sudah berpulang kealam baka.<br />

Sesudah beromong-omong lagi beberapa lama, fajar mulai menyingsing. "Boe Kie," kata Cia<br />

Soen. "Kau jangan tidur lagi. Giehoe akan mengajarkan kau semacam ilmu silat. "<br />

Coei San dan So So saling melirik, tapi mereka tidak berani membantah dan lalu kembali<br />

keguha mereka.<br />

Cia Soen tak pernah menyebut-nyebut lagi urusan itu, hanya caranya mendidik Boe Kie jadi<br />

berubah. Ia sekarang menurunkan pelajaran dengan lebih bengis dan keras.<br />

Boe Kie baru saja berusia sembilan tahun dan biarpun otaknya sangat cardas, bagaimana ia<br />

dapat menyelami pelajaran Cia Soen yang begitu tinggi dalam tempo begitu pendek? Tapi<br />

sang ayah angkat tidak menghiraukan pertimbangan itu. Setiap kali bocah itu tidak memenuhi<br />

pengharapannya, ia bukan saja mencaci tapi juga memukulnya.<br />

Sering kali So So melihat tanda-tanda biru bekas pukulan ditubuh puteranya, ia merasa<br />

kasihan dan tempo-tempo berkata : "Toako, tak dapat Boe Kie mempelajari semua ilmu<br />

silatmu dalam tempo pendek. Kita berdiam dipulau yang terpencil dan kita mempunyai<br />

banyak sekali tempo. Kurasa Toako tak usah begitu tergesa-gesa."<br />

"Aku bukan menyuruh dia melatih diri dalam pelajaran-pelajaran yang diturunkan olehku,"<br />

jawab sang kakak. "Aku hanya memerintahkan supaya dia mengingat dan menghafal semua<br />

pelajaran itu didalam otaknya."<br />

So So tak mengerti maksud Cia Soen. Ia hanya tahu, bahwa kakak itu seorang aneh dengan<br />

cara-caranya yang aneh pula. Ia tidak dapat berbuat lain daripada membiarkan sang kakak<br />

bertindak semaunya.<br />

Apa yang dapat dilakukannya hanyalah membujuk Boe Kie jika dia mendapat hajaran keras.<br />

Tapi anak itu sedikitpun tidak menjadi jengkel. "Ibu, maksud Giehoe sangat baik," katanya.<br />

"Makin keras ia memukul, makin cepat aku menghafal pelajaran."<br />

Demikianlah setengah tahun yang pertama telah lewat. Pada suatu pagi, tiba-tiba Cia Soen<br />

berkata: "Ngotee, So-moay, empat bulan lagi angin dan arus laut akan membeluk keselatan.<br />

Mulai hari ini kita sudah boleh membuat getek."<br />

Coei San kaget tercampur girang. "Toako, apa kah kau maksudkan, bahwa sesudah membuat<br />

getek, kita akan bisa kembali ko Tionggoan?" tanyanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 257

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!