20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Sambutlah!” teriak Tio Beng seraya melontarkan Ie Thian Kiam.<br />

Mau tak mau Boe Kie menyambuti. Jantung relaannya itu, sekali lagi Tio Beng menunjuk<br />

rasa cintanya yg sangat besar.<br />

Sesudah menyisipkan senjata mustika itu di punggungnya, dengan menggunakan ilmu<br />

mengentengkan badan Boe Kie berlari lari ke arah gunung disebelah utara Leng coa to. Untuk<br />

menghindarkan diri dari serangan binatang beracun, ia hanya menginjak batu2 gunung. Kira2<br />

semakanan nasi, ia sudha tiba di kaki puncak. Ia mengadah dan sayup2 melihat gubuk ayah<br />

angkatnya yg diliputi kegelapan. “Lampu sudha dipadamkan, apa Gie hoe sudah tidur?”<br />

tanyanya didalam hati. Dilain saat ia ingat, bahwa ayah angkatnya tidak bisa melihat dan<br />

sama sekali tidak memerlukan penerangan.<br />

Mendadak dilereng gunung sebelah kiri lapat2 ia mendengar suara manusia. Dengan<br />

merangkak ia maju untuk mencari suara itu yg tiba2 menghilang pula. Secara kebetulan, angin<br />

dari sebelah utara meniup dengan kerasnya sehingga pohon2 bergoyang2. Dengan<br />

menggunakan kesempatan itu, ia berlari2 kearah suara tadi. Sebelum angin berhenti, dalam<br />

jarak empat limat tombak, ia sudah mendengar suara seorang yg berbicara sangat perlahan.<br />

‘Mengapa kau tidak lantas bekerja? Mengapa kau main lambat2an?’ Itulah suara Kim hoa<br />

popo.<br />

“Popo, dengan berbuat begini kan berdosa terhadap seorang sahabat,” kata seorang wanita yg<br />

bukan lain daripada In Lee. “Selama puluhan tahun Cia tayhiap bersahabat dengan popo,<br />

maka dari peng hwee to ia telah datang disini.”<br />

“Dia percaya aku? Jangan kau omong yg gila2! Kalua benar dia percaya mengapa dia tak sudi<br />

meminjami tio liong to? Pulang nya ke tiong goan adalah untuk mencari anak angkatnya. Ada<br />

sangkut paut apakah dengan diriku.” Boe Kie mengerti, bahwa nenek itu sedang mengatur<br />

tipu untuk mencelakai ayah angkatnya guna merampas To liong to. Dengan hati2 ia maju lagi<br />

beberapa tindak dan diantara kegelapan, ia melihat peta badan si nenek. Tiba2 ia mendengar<br />

suara “tring” seperti logam beradu dengan batu. Lewat beberapa saat, suara itu terulang pula.<br />

Ia merasa sangat heran tapi ia tidak berani maju terlebih jauh.<br />

“Popo,” demikian tedengar suara In Lee. “Jika kau mau goloknya secara terang2an, seperti<br />

caranya seorang gagah. Nama Kim Hoa dan Gin hiap dari Leng coato pernah mengantarkan<br />

dunia Kang ouw kalau perbuatan popo sampai tersiar diluaran bukanlah popo akan di tertawai<br />

oleh segenap orang gagah? Biarpun popo dapat merampas To Liong To dan mengalah kan<br />

murid Go Bie Pay muka popo tak menjadi terlebih terang”<br />

Bukan main gusarnya si nenek, “Budak kecil!” bentaknya. “Siapa yg sudah menolong jiwamu<br />

dari bawah telapak tangan ayahmu? Sekarang kau sudah besar dank au tak suka mendengar<br />

lagi perkataan. Cia Soen bukan sanakmu. Mengapa kau coba melindungi dia secara begitu<br />

mati2an. Jawab! Jawab! Pertanyaan popo!” bergusar ia bicara dengan suara sangat perlahan<br />

seperti juga ia kuatir perkataannya akan didengar oleh Cia Soen yg berada diatas pundak.<br />

In Lee menghela napas. Ia melontarkan karung yg dipegangnya ketanah dan jatuhnya karung<br />

disertain suara gemerincing,s edang ia sendiri mundur beberapa tindak.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1043

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!