20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Siauw bukan jago biasa. Dengan gerakan luar biasa dan ketabahan luar biasa pula, mereka<br />

melewati rimba golok dan tombak. Dalam sekejap mereka sudah menghampiri panglima itu.<br />

jenderal itu menikam dengan tombaknya. Boe Kie berkelit menangkap gagang tombak dan<br />

menarik sehingga panglima perang itu terhuyung ke depan. Wie It Siauw melompat dan<br />

mencengkeram batang lehernya. Panglima itu juga bukan sembarang orang. Dengan tangan<br />

kiri ia menghunus pedang dan membabat. Boe Kie mengegos menangkap pergelangan tangan<br />

musuh yang memegang pedang dan kemudian menariknya dari atas kuda. Pasukan pengawal<br />

mengeluarkan teriakan tertahan dan mati-matian mereka coba menolong, tapi mereka ditahan<br />

oleh Yo Siauw dan Hoan Yauw.<br />

“Berangkat!” kata Boe Kie dengan suara girang.<br />

Wie It Siauw segera menotok jalan darah tawanannya, menggendongnya dan lalu kabur ke<br />

atas gunung, ke tempat yang sepi. Melihat jenderal mereka tertawan, sambil berteriak teriak<br />

tentara Goan menguber. Tapi mereka tentu saja bukan tandingan Wie Hok ong yang berlari<br />

lari seperti kera di antara batu batu cadas dan di tempat yang tak mungkin dilewati oleh<br />

manusia biasa. Melihat kawan itu sudah berhasil, Boe Kie segera mengajak Yo Siauw dan<br />

Hoan Yauw kembali ke atas gunung.<br />

Sesudah berada di tempat aman, Wie It Siauw sengaja memperlihatkan kepandaiannya.<br />

Sambil lari ia melemparkan tubuh panglima itu. Tentara Goan berteriak karena menduga<br />

pemimpin mereka bakal jatuh dengan tubuh hancur luluh. Tapi selagi tubuh itu melayang ke<br />

bawah, Wie Hok ong sudah menyusul menyangganya dengan kedua tangan. Setelah<br />

mengulangi permainan berbahaya itu beberapa kali, ia tiba di puncak. “Yo Cosoe!” teriaknya.<br />

“Jual beli datang!” seraya berteriak begitu, ia melontarkan tubuh si panglima ke arah Yo<br />

Siauw yang lalu menyambuti dalam satu gerakan yang sangat indah.l<br />

Yo Siauw membuka topi tawanannya. Panglima yang berparas tampan mengawasi dengan<br />

mata mendelik dan alis berdiri.<br />

Mendadak Tio Beng berteriak. “Koko!”<br />

Ia menubruk dan memeluk jenderal itu yang ternyata bukan lain daripada Ong Po po, kakak si<br />

nona.<br />

Itulah kejadian yang tidak disangka-sangka.<br />

Alis Boe Kie berkerut. Ia menghampiri dan ia mendukung Ong Po po yang berkata, “Maaf.”<br />

Sesudah itu lalu diserahkan kepada Kong boen dan Kong tie. “Taysoe, dengan menggunakan<br />

dia sebagai tanggungan, Siauw Lim sie bisa diselamatkan,” bisiknya. “Tapi dia mempunyai<br />

hubungan dengan aku dan kuharap Jiewie Taysoe jangan mencelakakannya.”<br />

Kedua pendeta itu girang dan lalu mengambil dua batang golok yang kemudian ditandalkan di<br />

leher Ong Po po.<br />

“Tentara Mongol, dengarlah!” teriak Yo Siauw. “Siauw ong ya kamu sudah jatuh ke dalam<br />

tangan kami. Mundurlah, supaya kamu tidak mencelakai jiwanya.”<br />

Ban hon thio yang memimpin selaksa tentara itu kaget bercampur bingung. Kalau panglima<br />

itu benar benar binasa, Jie lam ong akan marah besar dan mungkin sekali seluruh pasukan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1427

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!