20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dalam sekejap, ketiga ketua Kay Pang sudah bertanding kurang lebih dua puluh jurus<br />

melawan Boe Kie.<br />

Tiba-tiba Tan Yoe Liang berteriak, “Kepung dengan Sat-kauw-tin!” (Sat kauw tin – barisan<br />

<strong>membunuh</strong> anjing).<br />

Sambil berteriak teriak, dua puluh satu jago Kay Pang yang masing masing bersenjatakan<br />

golok bengkok, lantas saja mengurung Boe Kie. Teriakan dan kelakuan mereka sangat aneh.<br />

Ada yang berteriak, “Looya, minta nasi!” Ada pula, “Tai-tai, mohon belas kasihan!” Ada<br />

yang menjerit jerit kesakitan, ada yang memukul dada dan sebagainya. Semula Boe Kie<br />

merasa terkejut, tapi ia lantas saja mengerti bahwa teriakan dan kelakuan itu bertujuan untuk<br />

membingungkan pikirannya. Ia mendapat kenyataan, bahwa walaupun kelihatannya kalut,<br />

tindakan kaki para pengepung itu sesuai dengan peraturan tertentu.<br />

Baru saja Boe Kie terkepung, sekonyong-konyong Coan kang Tiangloo membentak. “Tahan!”<br />

Sambil melintangkan pedangnya di dada, ia melompat mundur, diikuti oleh Cie hoat Tiangloo<br />

dan Ciang pang Liong tauw. Tapi dua puluh satu pengemis yang merupakan anggota Sat<br />

kauw tin masih terus mempertahankan tin tersebut dengan berlari lari terputar putar.<br />

“Thio Kauwcoe,” kata Coan kang. “Dalam sejumlah besar kami mengepung kau seorang.<br />

Pada hakekatnya andaikata kami menang, kemenangan itu bukan kemenangan yang boleh<br />

dibanggakan. Tapi di dalam partai kami tidak seorangpun bisa menandingi Thio Kauwcoe.<br />

Maka itu, dalam usaha menumpas kejahatan, kami tidak bisa lagi mempertahankan kebiasaan<br />

Rimba Persilatan yang penuh kehormatan, yaitu satu melawan satu.”<br />

Boe Kie tersenyum. “Bagus, bagus!” katanya.<br />

“Kami semua bersenjata, sedang Thio Kauwcoe bertangan kosong,” kata pula Coan kang<br />

Tiangloo. “Dalam menarik keuntungan, Kay Pang tidak pantas menarik keuntungan<br />

terlampau besar. Thio Kauwcoe, kau beritahukanlah, senjata apa ayng diinginkan olehmu.<br />

Kami akan segera menyerahkannya.”<br />

Mendengar itu, diam diam Boe Kie memuji tetua itu yang berbeda wataknya dari manusia<br />

semacam Tan Yoe Liang. Ia tersenyum dan menjawab, “Di dalam Kay Pang, tidak ada senjata<br />

yang cocok bagiku. Untuk main main dengan kalian sebenarnya aku tidak memerlukan<br />

senjata. Dan andaikata perlu, aku sendiri bisa mengambilnya.”<br />

Hampir berbareng, tubuhnya berkelebat dan ia sudah melompat keluar dari Sat kauw tin.<br />

Bagaikan kilat ia menekan pundak Tan Yoe Liang dan Song Ceng Soe, merampas pedang<br />

kedua orang itu dan kemudian melompat masuk pula ke dalam Sat kauw tin. Kesemuanya itu<br />

dilakukan dengan gerakan yang sangat indah dan kecepatan yang sukar dilukiskan.<br />

Sebelum para pengemis hilang kagetnya, Boe Kie sudah berkata dengan suara nyaring.<br />

“Orang Kay Pang memang biasa mencuri ayam dan menangkap anjing. Nama Sat kauw tin<br />

memang tepat sekali. Membunuh anjing memang tak sukar. Tapi kalau ingin menakluki <strong>naga</strong><br />

atau harimau, barisan ini tak dapat digunakan.” Sehabis berkata begitu ia mengibaskan kedua<br />

pedang yang dicekalnya sambil mengirim te<strong>naga</strong> dalam ke badan pedang. “Tak!” kedua<br />

senjata itu patah dengan berbareng.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1199

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!