20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Aku jalan lebih dulu," bisik sinona.<br />

Coei San tak mengerti, tapi ia lantas saia mengangguk.<br />

In So So lantas saja berlari lari dan berjalan berandeng dengan Siang Kim Peng. "Bagaimana<br />

dengan kedua bocah tolol dari Koen loen itu ?" demikian terdengar pertanyaan si nona.<br />

Coei San mengawasi mereka dengan perasaan sukar dilukiskan dan kemudian, sesudah<br />

mereka terpisah jauh, barulah ia mengikuti dengan tindakan perlahan.<br />

Begitu tiba dimulut lembah, ia lihat tujuh delapan meja persegi disebidang tanah lapang<br />

rumput. Kecuali meja utama disebelah timur, semua meja sudah penuh orang.<br />

Melihat kedatangan Coei San, Siang Kim Peng segera bangun berdiri dan berteriak dengan<br />

suara nyaring: "Thio Ngohiap dari Boe tong pay". Hampir berbareng, Pek Kwie Sioe juga<br />

bangun dari tempat duduknya dan kemudian dengan masing-masing diikuti oleh lima orang<br />

Hio Coe kedua Tan coe itu meninggalkan meja perjamuan untuk menyambut tamu yang baru<br />

datang itu. Duabelas orang itu berdiri berjejer dikedua pinggir dan menyambut sambil<br />

membungkuk.<br />

"Hian boe tan Pek Kwie Sioe dan Ciak tan Siang Kim Peng yang berada dibawab perintah In<br />

Kauw coe dan Peh bie kauw, menyambut kedatangan Thio Ngohiap!" seru Pek Kwie Sioe<br />

dengan suara nyaring, In So So sendiri tidak meninggalkan meja, tapi ia turut bangun sendiri.<br />

Mendengar kata-kata "In Kauw coe." hati Coei San berdebaran. "Kalau begitu, kepala agama<br />

Peh bie kauw benar seorang she In," katanya didalam hati. Segera ia menangkap kedua<br />

tangannya dan berkata: "Tak berani aku menerima kehormatan yang begitu besar." Begitu<br />

datang dekat meja-meja perjamuan ia mendapat kenyataan, bahwa semua orang<br />

mengawasinya dengan paras mendongkol. Ia merasa heran, tapi tidak memperdulikan.<br />

Yang menjadi sebab dari perasaan mendongkol itu adalah karena kedatangan pemimpinpemimpin<br />

Hay see pay, Kie keng pang dan Sin koen boen hanya disambut oleh seorang Hio<br />

coe dan tidak mendapat kehormatan seperti yang didapat oleh jago Boe tong pay itu. Keruan<br />

saja mereka merasa dihina, tapi kejadian itu tidak diketahui Coei San.<br />

Dengan sikap hormat Pek Kwie Sioe mengantarkan pemuda itu kemeja utama disebelah timur<br />

dan mengundang supaya dia duduk disitu. Dimeja itu, yang mempunyai kedudukan paling<br />

mulia, hanya terdapat sebuah kursi. Coei San menyapu seluruh gelanggang perjamuan dengan<br />

matanya dan is mendapat kenyataan, bahwa dilain-lain meja berduduk tujuh delapan orang,<br />

hanya dimeja keenam berduduk dua orang, yaitu Ko Cek Seng dan Chio Tauw.<br />

"Aku yang rendah adalah seorang muda yang berkepandaian cetek," katanya dengan suara<br />

nyaring. "Tidak berani aku duduk dimeja utama itu."<br />

"Dalam Rimba Persilatan, Boe tong pay merupakan gunung Thay san atau bintang Pak tauw,"<br />

kata Pek Kwie Sioe. "Kalau Thio Ngohiap yang namanya menggetarkan seluruh negara tidak<br />

berani duduk, siapa lagi yang berani duduk disitu ?"<br />

Tapi Coei San yang selalu diajar oleh gurunya untuk merendahkan diri, tetap menolak.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 161

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!