20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan memapah Boe Kie, Tio Beng segera bertindak masuk. Si pendeta membawa merea<br />

melewati ruang sembahyang dan sebuah perkarangan dan akhirnya berhenti disebuah kamar<br />

samping yang terletak dibagian timur.<br />

“Kalian boleh tidur disini,” katanya.<br />

Kamar ini gelap gulita. Dengan meraba2 ranjang, Tio Beng hanya mendapat selembar kasur<br />

rumput.<br />

Mendadak terdengar suara sangat nyaring. “Hek Soetee, siapa?”<br />

“Dua tamu yg numpang mengindap,” jawabnya si pendeta yang lantas saja bertindak untuk<br />

berlalu.<br />

“Taysoe,” kata Tio Beng, “Bolehkan kami minta dua mangkok nasi dan sedikit<br />

makanannya?”<br />

“Tidak ada nasi!” bentaknya, dan terus berlalu.<br />

Si nona mendongkol bukan main. “Kurang ajar!” katanya, “Boe Kie koko, kau tentu lapar.<br />

Kita harus berusaha untuk mendapat makanan.”<br />

Diluar kamar sekonyong2 terdengar suara tindakan yang ramai. Sinar api berkelebat dan pintu<br />

didorong orang. Dua orang pendeta mengangkat Ciaktay (tempat menancap lilin) tinggi2.<br />

dengan sekelebatan Boe Kie sudah tahu, bahwa yang datang berjumlah delapan orang ada yg<br />

alisnya tebal matanya melotot. Ada yang otot2 mukanya menonjol keluar. Semua beroman<br />

bengis dan kelihatannya semua bukan orang baik2.<br />

“Keluarkan semua harta bendamu!” bentak seorang pendeta tua.<br />

“Perlu apa?” tanya Tio Beng.<br />

“Karena berjodoh kalian datang disini dan secara kebetulan kami ingin mengadakan<br />

sembahyang besar serta memperbaiki kelenteng kami yang sudah tua,” kata si pendeta. “Maka<br />

itu kami minta kalian suka mengeluarkan emas, perak dan lain2 barang berharga dan<br />

menyumbangkannya kepada kami. Apabila kalian berlaku pelit dan pousat sampai jadi gusar<br />

kalian berabe sekali.”<br />

“Ah! Itulah perbuatan perampok!” kata si nona dengan gusar.<br />

“Maaf! Maaf!” kata si pendeta sambil menyeringai. “Urusan perampok <strong>membunuh</strong> dan<br />

membakar memang perkerjaan kami. Karena didesak Mo Kauw, kami terpaksa mencukur<br />

rambut untuk mengelakan bencana. Kalian berdua berjodoh dengan kami. Kambing gemuk<br />

datang sendiri! Ha! Ha! Sungguh kejadian yg sukar terjadi lagi!”<br />

Boe Kie dan Tio Beng terkesiap. Celaka sungguh! Mereka masuk disarang perampok.<br />

“Lie siecoe jangan takut,” kata seorang pendeta lain sambil tertawa terhehe hehe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1268

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!