20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tiba-tiba terdengar bentakan salah seorang: "Gunakan senjata rahasia !"<br />

Si kate kecil dan si imam lantas saja melompat keluar dari gelanggang pertempuran, disusul<br />

dengan menyambarnya nyambrnya peluru serta Hoei to (golok terbang) ke arah si pendeta.<br />

Diserang secara begitu, dia mulai keteter.<br />

"Pheng Hweeshio !" bentak si imam. "Kami bukan maui jiwamu, perlu apa kau nekadnekadan?<br />

Serahkan Pek Kwie Sioe dan kita akan berpisahan sebagai sahabat."<br />

Siang Gie Coen terkesiap, "Pheng Hweeshio" bisiknya.<br />

Boe Kie pun tidak kurang kagetnya. Waktu berada dalam perjalanan pulaing ke Boe tong<br />

bersama kedua orang tuanya dan Jie Lian Cioe ia pernah mendengar, bahwa Pek Kwie Sioe<br />

adalah orang Peh bie kauw satu satunya yang bisa pulang dengan selamat dari pulau Ong<br />

poan San. Dan murid murid Koen loan juga terlolos dari kebinasaan, tapi mereka hilang<br />

ingatan karena teriakan Cia Soen. Maka itu, selama belasan tahun, dalam pertempuran dangan<br />

Peh bie kauw tujuan jago-jago berbagai partai adalah untuk mendesak supaya Pek Kwie Sioe<br />

memberitahukan dimana adanya Cia Soen.<br />

"Apakah Pheng Hweeshio segolongan dengan ibuku?" tanya Boe Kie didalam hati.<br />

Sementara itu, Pheng Hweeshio sudah menjawab dengan suara Iantang: "Pak Tancoe sudah<br />

dilukakan berat oleh kamu. Jangankan aku dan dia-masih sama-sama orang-orang<br />

segolongan, terhadap orang luar sekalipun, aku tak bisa mengawasi kebinasaan dengan<br />

berpeluk tangan."<br />

"Omong apa kau!" bentak si imam. "Mengawasi kebinasaan dengan berpeluk tangan? Kau<br />

tahu, tujuan kami bukan mengnendaki jiwanya. Kami hanya menyelidiki tempat<br />

bersembunyinya seorang."<br />

"Kalau kamu mau menyelidiki dimana adanya Cia Soen, mengapa kamu tidak mau pergi<br />

kepada Hong thio Siauw lim sie?" tanya si pendeta.<br />

"Tutup bacotmu!" bentak si pendeta Siauw lim. "Apa kau tidak tahu, bahwa itu hanya tipu<br />

busuk dari perempuan siluman In So So?"<br />

Mendengar disebutkannya nama mendiang ibunya, Boe Kie merasa bangga agak bercampur<br />

duka."Hm .... sesudah meninggal dunia, ibu masih bisa membuat kalian semua pusing<br />

kepala," katanya di dalam hati<br />

Sambil bicara, pertempuran berlangsung terus dengan dahsyatnya. Si toosoe mengajak, bicara<br />

dengan tujuan untuk memecah pemusatan pikiran Pheng Hweeshio. Tapi pendeta itu yang<br />

cerdas otaknya dan tinggi ilmu silatnya, tidak kena diakali. Biarpun mulutnya bicara,<br />

kewaspadaannya sedikitpun tidak jadi berkurang. Tapi, karena jumlah musuh terlalu besar dan<br />

musuh-musuh itu pun bukan sembarang orang, maka ia tetap tidak berhasil dalam usahanya<br />

untuk menerjang keluar dari kepungan.<br />

Sekonyong-konyong, si imam yang melepaskan senjata rahasia dengan berdiri diluar<br />

gelanggang, berteriak: "Celaka! Senjata rahasia habis!" berbareng dengan teriakan itu, semua<br />

kawannya menggulingkan diri ditanah dan lima batang golok terbang menyambar bagaikan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 406

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!