20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

merupakan satu garis melintang dan satu coretan miring dari huruf "poet" (tidak). Sesudah<br />

berhasil merobohkan dua musuh, ia mengirim pukulan lurus dari atas kebawah dan satu<br />

totokan yaitu coretan lurus dan sebuah titik dari hurup "poet" dan dua penyerang lainnya<br />

terjungkal di lantai.<br />

Demikianlah, dengan empat pukulan yang merupakan tiga coretan dan sebuah titik huruf<br />

"poet", ia berhasil menjatuhkan empat pembokong itu.<br />

Karena tak tahu siapa empat penyerang itu, Thio Coei San sunkan berlaku kejam, dan hanya<br />

menggunakan tiga bagian te<strong>naga</strong>nya. Orang keempat yang "ditotok" olehnya, terhuyung<br />

beberapa tindak dan badannya menubruk sebuah kursi yang lantas saja menjadi hancur<br />

"Binatang! Sungguh kejam kau!" cacinya: "Kalau kau benar2 laki-laki, beritahukan namamu,"<br />

"Jika aku berlaku kejam, jiwamu sudah melayang" katanya sambil tertawa. "Aku adalah Thio<br />

Coei San dari Boe tong san."<br />

Orang itu mengeluarkan seruan kaget. "Apa.... benar kau Gin kauw Tiat hoa Thio Coei San?"<br />

tanyanya dengan suara tidak percaya.<br />

Sambil bersenyum, Thio Ngo hiap meraba pinggangnya dan di lain saat, tangan kirinya sudah<br />

mencekal gaetan Houw tauw kauw yang terbuat dari pada perak, sedang tangan kanannya<br />

memegang Poan koan pit besi. Dengan sekali membenturkan kedua senjata, lelatu api<br />

muncrat disertai dengan suara yang sangat nyaring.<br />

Dengan bantuan sinar lelatu api, Thio Coei San mendapat lihat, bahwa keempat penyerang itu<br />

mengenakan jubah pertapaan hweshio yang warnanya kuning. Dua di antaranya, yang<br />

mukanya kebetulan berhadapan dengannya, mengawasi dengan sorot mata gusar dan<br />

membenci.<br />

Bukan main herannya Ngo hiap. "Siapa Tay-soe?" tanyanya.<br />

"Sakit hati yang dalam seperti lautan, tak bisa dibalas hari ini!" teriak satu diantaranya. "Ayo<br />

berangkat!" Hampir bareng dengan teriakan itu, mereka melompat bangun dan lalu berjalan<br />

keluar. Salah seorang yang rupanya terluka berat, sempoyongan dan roboh dilantai. Dua<br />

kawannya lantas memberi pertolongan dan mereka berlalu tanpa menengok lagi. "Soe wie<br />

tahan dulu!" teriak Coei San. "Sakit hati apa ?" Tapi keempat pendeta itu tidak meladeni dan<br />

jalan terus.<br />

Thio Coei San bingung campur heran. Untuk beberapa saat ia berdiri bengong sambil<br />

mengasah otak, tapi tak berhasil memecahkan teka teki itu.<br />

Mengapa dalam gedung Liong boen Piauw kiok bersembunyi empat orang Hweeshio?<br />

Mengapa mereka lantas menyerang secara membabi buta? Mengapa mereka mengatakan sakit<br />

hati yang dalam seperti lautan? "Untuk menjawab pertahyaan-pertanyaan itu, jalan satusatunya<br />

adalah menanyakan orang-orang Liong boen Piauw kiok," pikirnya.<br />

Memikir begitu, ia lantas saja berteriak: "Apa Touw Cong piauw tauw berada di rumah? Apa<br />

Cong piauw tauw ada?" Tapi sesudah berteriak berulang-ulang, ia tetap tak dapati jawaban.<br />

"Tak bisa jadi manusia tidur seperti bangkai." katanya daiam hati. "Apa mereka mabur<br />

ketakutan?" Ia terus mengeluarkan bahan api yang lalu dinyala kan, sehingga ruangan yang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 120

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!