20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Kian sie Poet kioe Ouw Ceng Goe!" teriak Boe Kie. "Kau sungguh seperti kerbau tolol! Kau<br />

lebih rendah daripada binatang. Aku sedih, bahwa didalam Mo kauw terdapat manusia yang<br />

tidak bersifat manusia. Dan kau masih begitu tak mengenal malu, kau masih ada muka untuk<br />

membujuk aku masuk kedalam agamamu. Entah dosa apa yang ditumpuk oleh delapan belas<br />

leluhurmu, sehingga pada akhirnya, mereka mendapat turunan seperti kau, manusia yang<br />

lebih rendah dari pada anjing dan babi !"<br />

Sesudah selesai mengikat Boe Kie, Gie Coen segera berkata : "Ouw Soepeh, saudara Thio,<br />

selamat tinggal! Aku sekarang ingin mencari tabib."<br />

"Di seluruh propinsi An hoei tidak terdapat tabib yang pandai," kata Ceng Goa. "Dan didalam<br />

tujuh hari, belum tentu kau bisa keluar dari propinsi ini."<br />

Si brewok tertawa terbahak-bahak. "Aku mempunyai Soepeh melihat kebinasaan, tak sudi<br />

menolong," katanya. "Dan kau mempunyai Soetit (keponakan murid) yang tidak mengenal<br />

mampus." Seraya berkata begitu, dengar tindakan lebar ia berjalan keluar.<br />

"Ouw Ceng Goe !" bentak Boe Kie. "Kalau kau tidak mengobati Siang Toako, satu hari kau<br />

pasti akan binasa didalam tanganku ! Aku...aku.."<br />

Ia tidak dapat meneruskan perkataannya, karena ia sudah pingsan.<br />

Ceng Goe mengeluarkan suara dihidung. "Tak perlu kau mampus diluar rumahku," katanya<br />

seraya mengambil sebatang daun obat yang lain di timpukkan kearah Gie Coen. Batang daun<br />

obat itu menyambar bagaikan kilat dan mengenakan tepat dilutut si berewok, yang tanpa<br />

mengeluarkan suara, segera roboh terguling dan tidak bisa bangun lagi.<br />

Memang aneh sungguh adat Ouw Ceng Coe. Kalau dia kata "tidak" tetap tidak, kalau dia<br />

"mau", dia tetap mau. Perkataan Boe Kie yang paling belakang, yakni aneaman "kalau kau<br />

tidak mengobati Siang Toako, satu hari kau pasti akan binasa didalam tanganku", agak<br />

mengejutkan hatinya. Melihat kegagahan Boe Kie dan mengingat bahwa anak itu murid Thio<br />

Sam Hong, ia merasa bahwa ancaman itu bukan ancaman kosong. Ia seorang yang sangat<br />

berhati-hati. Sesudah memikir sejenak berkata dalam hatinya: "Biarlah, kedua-duanya tidak<br />

ditolong olehku. Perduli apa jika di Ouw tiap kok bertambah dengan dua setan penasaran"<br />

Sesudah menimpuk Gie Coen, ia segera membuka ikatan Boe Kie dan mencekal kedua<br />

pergelangan tangan anak itu untuk dilontarkan sejauh jauhnya keluar.<br />

Mendadak Ceng Goe terkejut, karena denyutan nadi si bocah sangat luar biasa. Ia segera<br />

memeriksa lebih teliti dan rasa kagetnya bertambah tambah.<br />

"Apakah bocah sekecil dia sudah bisa membuka Kie keng Pat meh" tanyanya dalam hati.<br />

"Puluhan tahun aku berlatih, tapi belum dapat aku membuka pembuluh darahku. Oh, aku<br />

tahu! Tak salah lagi, inilah akibat bantuan Thio Sam Hong. Dia rupanya sangat sayang bocah<br />

itu dan rela mengorbankan sebagian Lweekangnya."<br />

Ia lalu membuka pakaian Boe Kie dan memeriksa seluruh badannya. Sesudah itu, ia menekan<br />

tantian, dada, embun-embunan dan hati si bocah. Akhirnya ia tertawa dingin seraya berkata :<br />

"Thio Sam Hong berlagak pintar, tapi dia jadi bodoh. Lantaran menyayang, dia mencelakakan<br />

cucu muridnya. Jikalau Kie keng Pat meh anak ini belum terbuka, jiwanya masih dapat<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 425

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!