20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sekali. Laba-laba dengan sepuluh kaki ialah yang paling beracun tak ada bandingan, siapa<br />

kena digigit dia tak akan ketolongan lagi. Kali ini laba-laba berkaki dua belas pasti mereka<br />

lebih beracun daripada yang kakinya sepuluh. Sebab di dalam kitab tersebut tidak ada disebutsebut.<br />

Si nona ketawa melihat kawannya ketakutan.<br />

Kau ahli, kau tahu kegunaannya laba-laba mustika ini! ia berkata, Kau tunggu sebentar!<br />

Ia simpan kotaknya itu lantas ia lari menghampiri sebuah pohon besar, untuk lompat naik ke<br />

atasnya. Di situ ia berdiam lama di cabang yang tertinggi, untuk memandang sekitarnya. Ia<br />

seperti melihat atau mencari sesuatu. Setelah itu ia lompat turun lagi.<br />

<strong>Mar</strong>i kita pergi pula barang selintasan, ia berkata. Perlahan-lahan saja kita bicara tentang labalaba.<br />

Ia lantas menarik pula kereta saljunya bermuatan manusia. dia berlari-lari kira-kira tujuh<br />

atau delapan li, hingga mereka tiba di sebuah lembah. Di sini ia turunkan Boe Kie dari kereta<br />

istimewanya itu, sebagai gantinya, dia memuat beberapa buah batu besar. Lantas ia menarik<br />

pula, berlari-lari. Akhirnya ia lari ke tepi jurang, di situ ia berhenti dengan tiba-tiba, keretanya<br />

dilepaskan, maka kereta itu bersama batunya terjun ke dalam jurang yang dalam, terdengar<br />

suara berisik dari jatuhnya kereta.<br />

Boe Kie heran, ia mengawasi kelakuan nona itu. Ketika ia melihat ke salju, tempat yang tadi<br />

menjadi jalanan mereka, ia mendapatkan dua baris tapak kereta salju itu. Ia cerdas dan ia<br />

lantas mengerti. Maka di dalam hatinya ia berkata.<br />

Nona ini sangat cerdik. Jikalau Biat Coat Soe-thay menyusul kita, setibanya di sini, tentu dia<br />

bakal menyangka bahwa kita jatuh mati ke dalam jurang itu.<br />

Coe Jie lantas kembali.<br />

<strong>Mar</strong>i naik ke atas punggungku! ia berkata kepada kawannya, di depannya ia berjongkok.<br />

Kau hendak menggendong aku? tanya Boe Kie, Tubuhku berat, kau bakal sangat letih.<br />

Nona itu mengawasi, matanya melotot.<br />

Kalau aku letih aku pasti bisa tahu? ujarnya.<br />

Boe Kie terdiam, ia naik ke punggung nona itu, kedua tangannya merangkul leher si nona<br />

perlahan-lahan tanpa berte<strong>naga</strong>.<br />

Apa kau takut merangkul aku keras-keras hingga mati tercekik? kata nona itu tertawa. Kau<br />

merangkul begini pelan dan kakimu menjepit orang enteng sekali, kau membuat leherku geli<br />

saja!<br />

Boe Kie yang polos, melihat kepolosan si nona ia menjadi girang. Ia lantas merangkul eraterat<br />

dan kedua kakinya menjepit keras.<br />

Mendadak saja si nona bergerak, untuk melompat naik ke atas pohon.<br />

Pohon itu mengarah ke arah barat, di sana terdapat barisan pohon lainnya. Bagaikan kera<br />

gesit, dengan cepat nona itu berlompatan dari pohon yang satu ke pohon yang lain, untuk jauh<br />

meninggalkan tempat di mana barusan singgah.<br />

Boe Kie kagum bukan main. Nona itu bertubuh kecil, tapi nyata dia kuat sekali. Tubuhnya<br />

dapat dibawa berlompatan dan berlari-lari dengan ringan. Setelah melewati kira-kira delapan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 628

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!