20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tapi, baru saja Kan Ciat mengkah dua tindak mendadak ia berteriak aduh! sambil memegang<br />

perut. Di lain detik, badannya bergoyang goyang dan ia roboh berguling ditanah.<br />

Kan heng, mengapa kau? tanya Sie Kong Wan sambil menghampiri dan coba<br />

membangunkannya. Tapi sekali membungkuk, ia tak dapat melempangkan pinggannya lagi!<br />

Ia terjungkal kesamping si orang she Kan tanpa berkutik lagi. Dua orang murid Hwa San Pay<br />

yang lain bahkan tanpa mengeluarkan suara.<br />

Oh Langit! Oh Bumi! Terima kasih atas pertolonganmu! teriak Boe Kie dengna suara parau<br />

sedang air mata mengalir turun di pipinya.<br />

Dengan bergulingan ia mendekati dan menjemput golok yg jatuh dari tanan Kan Ciat dan<br />

kemudia menggunakannya untuk memutuskan tambang yg mengikat tangan Poet Hwe.<br />

Sesudah tangannya bebas si nona lalu coba menolong kakaknya dan ia baru berhasil sesudah<br />

melukakan tangan Boe Kie di dua tempat.<br />

Tak usah menceritakan lagi kegirangan kedua anak itu, sesudah berpeluk2an beberapa lama<br />

barulah Boe Kie nengok mayak Kan Ciat dan kawan2nya. Ternyata muka mereka berwarna<br />

hitam dan otot2 pada menonjol keluar, sehingga kelihatannya menakuti sekali. Racun bisa<br />

mencelakakan manusia, tp jg bisa menolong manusa baik, kata Boe Kie dalam hati. Ia lalu<br />

mengambil pulang Tok beot Tay coan dan memasukkannya kedalam saku, dengan niatan<br />

untuk mempelajarinya di hari kemudian.<br />

Dengan saling menggandeng tangan, kedua anak itu berjalan keluar dari hutan yg<br />

menyeramkan. Baru saja mereka mau mencari jalanan se-konyong2 disebelah timur terlihat<br />

obor2 dan tujuh delapan orang yg membawa rupa2 senjata kelihatan mendatangi. Merek<br />

ketakutan dan buru2 menyembunyikan diri di rumput2 tinggi.<br />

Tak lama kemudian reroton itu sudah tiba didekat tempat persembunyian kedua anak itu.<br />

Yang berjalan didepat Cie Tat yg membawa tombak panjang. Sambil mengangkat obor<br />

tinggi2. Ia berteriak, Hei manusia2 binatang! Lekas keluar untuk terima binasa! Mereka<br />

masuk kedalam hutan dan begitu melihat mayat2 itu, mereka kaget bukan main.<br />

Saudara Thio! Saudara Thio! teriak Cie Tat, Dimana kau? Kamu datang untuk menolong<br />

kalian.<br />

Sekarang Boe Kie tahu, bahwa kedatangan mereka adalah untuk memberi pertolongan.<br />

Hatinya terharu dan dengan air mata berlinang2, ia melompat keluar dari rumput alang2.<br />

Dengan menuntun tangan Poet Hwie, ia berlari2 menghampiri rombongan penolong itu.<br />

Cie Tako! Aku berada disini, serunya.<br />

Cie Tat girang tak kepalang, sambil memeluk si bocah. Ia berkata, Saudara Thio, jangan<br />

diantara anak2, sedangakan diantara orang2 dewasapun jarang terdapat manusia yang<br />

mempunyai jiwa kesatria seluhur kau. Aku sungguh berkuatir. Aku kuatir kau sudah menjadi<br />

kurbannya manusia2 itu. Tapi orang baik selalu mendapat pembalasan baik. Ia menanyakan<br />

cara bagaimana Kan Ciat dan kawan2nya binasa dan Boe Kie lalu memberikan keterangna<br />

sejelas2nya. Mendengar it, semua orang merasa kagum dan memuji kepintaran si bocah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 501

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!