20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

erani ganggu kamu. Andai kata ada orang berani main api, Popo tentu tidak berpeluk<br />

tangan.”<br />

Melihat Tio Beng yang cantik dan lemah lembut sudah lantas membuka rahasianya sendiri,<br />

hati si nenek jadi girang dan ia segera mengambil keputusan untuk membantu kedua orang<br />

muda itu.<br />

Di lain pihak, Tio Beng makin tetap dugaannya, bahwa mereka itu seorang Rimba Persilatan.<br />

Tempat itu sangat berdekatan dengan Siauw lim sie dan belum diketahui, apa dia itu musuh<br />

atau sahabat Seng Koen, sehingga si nona merasa bahwa ia harus lebih berhati-hati. Ia lantas<br />

saja menyoja dan berkata, “Terima kasih banyak atas kebaikan dan bantuan Popo. Goe koko,<br />

mari! Lekas haturkan terima kasih kepada Popo!”<br />

Boe Kie segera mendekati dan menyoja.<br />

Malam itu si nenek benar-benar menyerahkan kamarnya kepada Boe Kie dan Tio Beng. Ia<br />

sendiri membuat semacam dipan di ruangan tengah dengan menggunakan beberapa lembar<br />

papan dan mengalaskannya dengan selembar tikar.<br />

Di dalam kamar Tio Beng menceritakan pembicaraannya dengan si nenek kepada Boe Kie.<br />

Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. “Kakek yang menyiram sayur memiliki kepandaian<br />

lebih tinggi,” katanya. “Apa kau tak lihat?”<br />

“Ah… aku benar-benar tak dapat lihat.”<br />

“Tadi dia memikul air. Tindakannya sangat cepat tapi airnya sama sekali tidak bergoyang.<br />

Inilah bukti dari lweekang yang sangat tinggi.”<br />

“Bagaimana kalau dibandingkan kau?”<br />

“Aku mau coba.” Sehabis berkata begitu, Boe Kie mengangkat tubuh si nona yang lalu<br />

bergaya seperti orang memikul air.<br />

Tio Beng tertawa geli. “Gila kau! Aku tahang air?” bentaknya dengan rasa bahagia.<br />

Mendengar senda gurau, rasa curiga si nenek lantas hilang sama sekali.<br />

Malam itu Boe Kie dan Tio Beng makan bersama-sama kakek dan nenek itu. Makannya<br />

cukup baik, ada daging dan sayur. Selama makan Boe Kie dan Tio Beng terus bercanda dan<br />

memperlihatkan rasa cinta mereka, sebagaimana biasanya pengantin baru. Si nenek<br />

tersenyum-senyum, tapi si kakek tidak menghiraukan dan terus makan sambil menundukkan<br />

kepala.<br />

Sesudah makan dan beromong-omong sebentar, Boe Kie dan Tio Beng masuk ke kamar dan<br />

memalang pintu.<br />

Dengan muka kemerah-merahan, Tio Beng berbisik. “Kita hanya bersandiwara, bukan<br />

sungguhan.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1282

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!