20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kauw coe tidak bersalah, bantah Yo Siauw. Dalam keadaan begitu, kamipun tidak bisa tidak<br />

turun tangan. Bahwa dengan seorang diri, Kauw coe sudah mengalahkan Hian Beng Jie Lo,<br />

adalah kejadian yg sangat baik untuk pihak kita. Sesudah beromong2 beberapa lama lagi,<br />

mereka segera pergi mengaso di masing2 kamarnya.<br />

Pada esok harinya Boe Kie tersadar dari tidurnya. Begitu membuka mata ia melihat jendela<br />

terpentang lebar dan seorang berdiri didepan jendela sedang mengawasinya. Dengan kaget ia<br />

melompat bangun. Orang itu mukanya penuh tanda bacokan golok, bukan lain daripada Kouw<br />

Tauw Too. Boe Kie makin kaget, Kouw Tauw Too terus mengawasinya, tapi ia kelihatan<br />

tidak mengandung maksud jelek. Boe Kie merasa seolah2 kepalanya diguyur air dingin.<br />

Bagaimana aku bisa pulas begitu nyenyak?, katanya didalam hati. Musuh sudah berada diluar<br />

jendela dan aku masih belum tahu. Dilain saat ia berteriak, Yo ce soe! Wie Hok ong! Mereka<br />

yg tidur dikamar sebelah, lantas saja menyahut. Hati Boe Kie agak lega sedikitnya ia tahu,<br />

bahwa kedua kawannya tidak dicelakai musuh.<br />

Sementara itu, Kauw Tauw Too sudah menyingkir. Bagaikan kilat Boe Kie melompat keluar<br />

jendela dan terus mengubar. Yo Siauw dan Wie It Siauw menyusul dari belakang. Setibanya<br />

diluar mereka tidak melihat musuh lain, sedang si pendeta kabur ke arah utara. Seraya<br />

memberi isyarat dengan ulapan tanga, mereka mengejar.<br />

Meskipun pincang, pendeta itu bisa lari cepat sekali. Waktu itu fajar baru menyingsing dan<br />

jalanan masih sepi. Tapi lama kemudian, mereka sudah keluar dari pintu utara dan Kouw<br />

Tauw too membelok kejalanan kecil. Sesudah lari tujuh delapan li lagi, mereka tiba disebuah<br />

bukit batu dan si pendeta menghentikan tindakannya. Sesudah mengibas2kan tangannya<br />

sebagai tanda supaya Yo Siauw and Wie It Siauw mundur, ia memberi hormat. Apa<br />

maksudnya? tanyanya didalam hati. Tempat ini tiada manusianya dan kalau sampai<br />

bertempur, dengan seorang diri, dia pasti kalah. Kelihatannya dia tidak mengandung maksud<br />

jahat.<br />

Selagi Boe Kie memikir begitu, seraya mengeluarkan suara ah ah uh uh si gagu sudah<br />

menerjang. Dia menyerang dengan memandang sepuluh jeriji tangan kiri merupakan Houw<br />

Jiauw (kuku harimau), tangan kannya berbentuk Liong Jiauw (cakar <strong>naga</strong>) sepuluh jari<br />

tangannya bengkok seperti gretan baja dan serangannya hebat luar biasa.<br />

Dengan mengibaskan tangan kiri, Boe Kie memunahkan serangan lawan. Bagaiman maksud<br />

Siang jin? tanyanya. Sesudah bicara, kita masih mempunyai banyak waktu untuk bertempur.<br />

Tapi si pendeta tidak meladeni dan terus menyerang. Tangan kirinya semula merupakan<br />

Hauw Jiauw berubah menjadi Eng Jiauw (cakar elang) sedang tangan kanannya berubah<br />

menjadi Hauw Jiauw.<br />

Apa benar2 Sian jin mau bertanding juga? tanya Boe Kie seraya berkelit.<br />

Si gagu tetap tidak menjawab. Kedua tangannya berubah lagi Eng Jiauw menjadi Say ciang<br />

(telapak tangan singa), Houw Jiauw menjadi Ho uwee (patuk burung Ho), sedang<br />

pukulannyapun turut berubah. Demikianlah, dalam tiga gebrakan ia sudah menyerang dengan<br />

enam rupa pukulan.<br />

Boe Kie tidak berani berayal lagi dan segara melayani dengan Thay kek koen. Ia bergerak<br />

bagaikan mengalirnya air dan setiap pukulannya, baik membela diri maupun menyerang,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 952

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!