20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mendengar perkataan saudara itu, Wan Kiauw dan Coei San memanggut manggutkan<br />

kepalanya.<br />

Itulah sebab musabab mengapa begitu mengutip kata-kata itu, ia lantas saja ingat gurunya<br />

yang tercinta.<br />

"Dengan melihat paras mukamu, aku segera mengetahui, bahwa jika bukan ingat kedua orang<br />

tuamu, kau tentu ingat gurumu," jawab si nona. "Oleh karena dalam dunia ini hanyalah Thio<br />

Sam Hong seorang yang surup untuk dilukiskan dengan perkataan itu, maka aku segera<br />

menduga pasti, bahwa yang diingat olehmu adalah Soehoemu."<br />

"Kau sungguh pintar," kata Coai San dengan suara kagum. Sesaat itu, tiba-tiba ia sadar,<br />

bahwa kedua tangannya sedang mencekal kedua tangan si nona. Paras mukanya lantas saja<br />

berubah merah dan buru-buru ia melepaskannya.<br />

"Apakah kau boleh memberitahukan kepadaku, berapa tingginya ilmu silat gurumu?" tanya<br />

So So.<br />

Pemuda itu tidak lantas menjawab. Sesudah memikir sejenak baru ia berkata. "Ilmu silat<br />

adalah ilmu yang tidak begitu penting. Apa yang diajar dari beliau bukan terbatas pada ilmu<br />

silat saja. Hai! Luas dan dalam ... entah bagaimana aku harus menceriterakannya."<br />

Sinona tersenyum seraya berkata: "Hoecoe bertindAk, aku turut bertindak. Hoecoe berjalan,<br />

aku turut berjalan. Hoecoe lari aku turut lari. Tapi begitu lekas Hoecoe lari cepat, biarpun<br />

mengikuti sebisa-bisanya, aku tetap ketinggalan jauh" (Hoe coe berarti guru, tapi disini<br />

dimaksudkan Khong coe atau Khongfusius).<br />

Mendengar sinona mengutip kata-kata pujian Gan Hwee (murid Khongcoe ) terhadap<br />

Khongcoe, Coei San lantas saja berkata: "Tapi guruku tak usah lari keras. Sekali ia berjalan<br />

atau lari pelan pelan, kami sudah tidak dapat mengikutinya." Dari perkataan itu dapatlah<br />

diketahui, bahwa pemuda itu sangat memuja gurunya<br />

Demikianlah, dengan duduk berendeng diatas sebuah batu besar, kedua orang muda itu<br />

merunding kan ilmu surat dan iimu silat secara panjang lebar dan mendalam.<br />

Sebagai seorang yang berpengetahuan tinggi dan sangat cerdas, In So So selalu dapat<br />

menimpali Coei San dalam omong-omong itu.<br />

Tiba-tiba terdengar suara tindakan dan batuk batuk, disusul dengan suara orang: "Thio<br />

Siangkong, In Kouwnio, Ngo sie (tengah hari) sudah tiba. Harap kalian suka pergi ketempat<br />

perjamuan."<br />

Coei San menengok dan melihat Siang Kim Peng berdiri dalam jarak belasan tombak dan<br />

mengawasi mereka dengan bersenyum. Dari paras mukanya, ia kelihatan merasa kagum dan<br />

girang melihat dua sejoli yang setimpal itu. Menurut kebiasaan, In So So sombong dan kurang<br />

ajar jika berhadapan dengan orang-orang sebawahannya. Tapi kali ini, dengan muka kemerah<br />

merahan ia menundukkan kepala.<br />

Siang Kim Peng lantas saja memutar badan dan berjalan lebih dulu dengan tindakan lebar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 160

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!