20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Siong Kee tertawa. "Sesudah sepuluh tahun tak bertemu, begitu bertemu Ngotee<br />

menghadiahkan topi tinggi kepadaku." katanya.<br />

Malam itu keempat saudara seperguruan tidur disatu pembaringan dan mereka beromongomong<br />

terus sampai pagi.<br />

Meskipun pintar dan berakal budi, Stong Kee tidak dapat menebak siapa adanya orang yang<br />

menyamar seperti serdadu Goan, menculik Boe Kie dan melukakan Lian Cioe.<br />

Pada esok paginya sesudah Siong Kee menemui So So, mereka lalu meneruskan perjalanan.<br />

Sesudah menginap lagi semalaman ditengah jalan, barulah mereka mulai mendekati Boe tong<br />

san.<br />

Sesudah berpisahan sepuluh tahun. Coei San kembali kegunung itu yang menjadi tempat<br />

tinggalnya sedari kecil. Mengingat bahwa ia akan segera bertemu dengan guru dan saudarasaudaranya,<br />

biar pun isteri sakit dan anak hilang, kegirangannya melebihi rasa dukanya.<br />

Setibanya diatas gunung mereka melihat delapan ekor kuda tertambat didepan kuil.<br />

"Ada tamu," kata Siong Kee. "Kita masuk saja dari pintu samping."<br />

Sambil menuntun isterinya, Coei San beramai masuk dari pintu samping. Melihat kembalinya<br />

Ngohiap, segenap penghuni kuil dari imam sampai pesuruh jadi girang bukan main. Begitu<br />

masuk, Coei San segera ingin menemui gurunya, tapi kacung yang merawat sang guru<br />

memberitahukan bahwa Thio Sam Hong masih menutup diri. Karena itu, ia hanya bisa<br />

berlutut didepan kamar sang guru.<br />

Sesudah itu, ia pergi kekamar Jie Thay Giam. Kacung yang menjaga Jie Samhiap berkata:<br />

"Samsoe siok pules. Apakah mau dibanguni?"<br />

Coei San menggoyangkan tangannya dan masuk kedalam kamar dengan indap-indap. Dengan<br />

hati tersayat, ia mengawasi kakak seperguruannya yang pucat dan perok mukanya, dengan<br />

kulit membungkus tulang. Keangkeran dan kegagahannya sepuluh tahun berselang sudah tak<br />

kelihatan lagi bayangan bayangannya. Mengingat pengalamannya yang dulu, bagaimana pada<br />

waktu baru naik gunung, ia telah menerima banyak pelajaran dari kakak itu, air mata Coei San<br />

lantas saja mengucur deras.<br />

Sesudah mengawasi beberapa saat, sambil mendekap muka ia berjalan keluar. "Mana<br />

Toasoepeh dan Citsoesiok?" tanyanya kepada si kacung.<br />

"Lagi menemani tamu di toathia (ruang besar)," jawabnya.<br />

Ia lalu pergi keruangan belakang untuk menunggu Toasoeko dan Citsoeteenya. Tapi sesudah<br />

menunggu agak lama, kedua saudara itu belum juga muncul. Kepada seorang toojin yang<br />

membawa teh, ia menanya: "Siapa tamu itu?"<br />

"Kelihatannya seperti orang dari Piauwkiok," jawabnya.<br />

Sesaat kemudian, In Lie Heng yang masih sangat kangen pada saudaranya menyusul<br />

keruangan belakang dan Coei San lantas saja menanyakan asal usul tamu itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 317

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!