20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah membuat garis2 itu yang merupakan papan catur, sambil tertawa Ho Ciok Too<br />

berkata: "Mengadu pedang agak terlalu ganas, sedang suara khim pun sukar diadu. Maka itu,<br />

jika Toahweeshio merasa gembira, mari kita main catur."<br />

Apa yang diperlihatkan Ho Ciok Too sangat mengejutkan hatinya Thian beng, Boesek, Boe<br />

siang dan Cit loo dari Sim sian tong. Thian beng Siansoe yakin, bahwa Lweekang yang<br />

setinggi itu tidak dipunyai oleh siapa pun juga dalam kuil Siauw limsie. Ia jadi bingung bukan<br />

main, tapi baru saja ia memikir untuk mengaku kalah, tiba-tiba terdengar suara berkerincin<br />

dan rantai besi dan di lain saat, Kak wan muncul sambil memikul dua tahang besi, sedang di<br />

belakangnya mengikuti seorang pemuda yang bertubuh jangkung. Begitu tiba dihadapan<br />

Thian beng, ia segera memberi hormat seraya menanya. "Apakah Loo hong thio memanggil<br />

aku ?"<br />

"Ho Kie soe ingin bertemu dan bicara denganmu." jawabnya.<br />

Ia memutar badan dan merasa heran, sebab tak tahu siapa adanya orang itu. "Siauw ceng<br />

adalah Kak wan," ia memperkenalkan diri. "Omongan apa yang hendak disampaikan oleh Kie<br />

soe ?"<br />

Sesudah membuat papan catur, kegembira Ho Ciok Too terbangun. "Omongan itu aku akan<br />

beritahukan sebentar." katanya. "Toahweesio manakah yang ingin melayani aku main catur ?"<br />

Ho Ciok Too adalah seorang yang keranjingan main khim, pedang dan tiokie. Kalau gilanya<br />

datang, ia melupakan apapun juga.<br />

"Kepandaian Kie soe dalam membuat papan catur dengan menggores batu, belum pernah di<br />

saksikan oleh loolap," kata Thianbeng. "Samua pendeta dalam kuil kami tak dapat<br />

menandinginya."<br />

Mendengar perkataan Thian beng dan melihat papan catur itu, barulah Kak wan tahu, bahwa<br />

Ho Ciok Too datang di Siauw Iim sie untuk memamerkan kepandaiannya.<br />

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia menaruh kedua tahang besi di pundaknya sambil<br />

menyedot napas untuk mangumpulkan semua te<strong>naga</strong> dalamnya di kedua lutut.<br />

Sesudah itu, setindak demi setindak, ia berjalan digarisan pinggir dari papan catur itu.<br />

Semua orang terkesiap dan mengawasi tindakan Kak wan dengan mata membalalak. Mengapa<br />

?<br />

Ternyata, di tempat yang dilewati rantai besi yang melibat di kakinya, terdapat goresangoresan<br />

yang lebarnya kira-kira lima dim dan goresan-goresan itu telah merusak garis yang<br />

dibuat Ho Ciok too! Sesaat kemudian, tanpa merasa semua pendeta bersorak sorai.<br />

Thian beng, Boe Sek, Boe siang dan lain2 pemimpin jadi kaget campur girang. Mereka tak<br />

pernah mimpi, bahwa pendeta tua yang tolol2an itu, memiliki lweekang tinggi. Mereka sudah<br />

berkumpul didalam satu kuil puluhan tahun lamanya, tapi tak seorangpun yang tahu kelihayan<br />

Kak Wan<br />

Sebenarnya, biarpun seseorang mempunyai te<strong>naga</strong> dalam yang hebat, ia tak mungkin<br />

membuat goresan seperti yang dibuat Kakwan diatas batu hijau yang amat keras itu. Hanyalah<br />

karena pendeta itu memikul dua tahang besi berisi air yang beratnya kurang lebih enam ratus<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 47

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!