20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jantung si nona memukul keras. Ia bengong mengulangi kata2 itu. "Dari cinta timbul ke<br />

jengkelan dan ketakutan. Jika seseorang menyingkirkan diri dari cinta, ia terbebas dari<br />

kejengkelan dan ketakutan."<br />

Dilain saat, suara kerincingan rantai besi dan suara pembacaan Kitab Suci sudah jadi semakin<br />

jauh.<br />

"Aku mesti tanya dia," kata si nona dalam hati. "Aku mesti tanya, bagaimana seseorang bisa<br />

menyingkir dari cinta, bisa terbebas dari kejengkelan dan ketakutan". Buru2 ia mengikat tali<br />

les keledai disatu pohon dan lalu mengubar kearah suara itu.<br />

Ternyata, dibelakang pohon2 terdapat satu jalan kecil yang menanjak keatas dari seorang<br />

pendeta yang memikul dua tahang besar sedang naik ditanjakan itu.<br />

Dengan cepat Kwee Siang mengudak dan waktu berada dalam jarak belasan tombak dari si<br />

pendeta, tiba2 terkesiap. la mendapat kenyataan, bahwa yang dipikulnya sepasang tabang besi<br />

yang tiga kali lipat lebih besar dari tahang biasa. Yang mengejutkan ialah, dileher, di tangan<br />

dan dikaki sipendeta dilibatikan rantai besi yang besar, sehingga menimbulkan suara<br />

berkerincingan. Berat kedua tahang besi itu ratusan kati dan ditambah dengan air dapat<br />

dibayangkan betapa beratnya.<br />

".. Toah hweeshio (pendeta besar) "teriak si nona. "Berhenti dulu ! Aku ingin bertanya."<br />

Si pendeta menengok, mereka saling memandang. Pendeta itu ternyata Kak-wan yang pada<br />

tiga tahun berselang pernah bertemu Kwee Siang di puncak ganung Hwa-san.<br />

Si Nona tahu, biarpun pendeta itu agak tolol, ia memiliki Lweekang yang sangat tinggi, yang<br />

tak kalah dari siapapun juga. "Ah! Kukira siapa," katanya. "Tak tahunya Kak kwan Taysoe.<br />

Mengapa kau jadi begini ?"<br />

Kak kwan manggut kan kepalanya sambil tersenyum dan merangkapkan kedua tangannya,<br />

tapi ia tak menjawab pertanyaan si nona. Lalu ia memutar badan dan berjalan pula<br />

"Kak Wan Taysoe !" teriak Kwee Siang. "Apakah tidak mengenal aku ? Aku Kwee Siang!"<br />

Kak wan kembali menengok, ia tertawa dan memanggut2kan kepala, tapi kakinya bertindak<br />

terus.<br />

"Siapa yang mengikat kau dengan rantai?" tanya sinona. "Siapa yang menghina kau?"<br />

Sambil berjalan terus Kak wan menggoyang2 tangan kirinya dibelakang kepala, sebagai<br />

isyarat supaya sinona jangan terlalu melit.<br />

Kwee Siang jadi semakin heran. Mana ia bisa puas dengan begitu saja? Ia segera mengudak<br />

untuk mencegat pendeta yang aneh itu, tapi diluar dugaan, sesudah mengubar beberapa lama,<br />

Kak wan yang dilibat rantai dan memikul tahang, masih tetap berada disebelah depan. sinona<br />

jadi jengkel. Ia mengempos semangat dan mengudak dengan menggunakan ilmu<br />

mengentengkan badan. Bagaikan seekor walet tubuhnya yang langsing melesat kedepan dan<br />

satu tangannya coba menjambret sebuah tahang.<br />

Menurut perhitungan, jambretan itu tak akan melesat. Tapi diluar dugaan, tangan Kwee Siang<br />

jatuh ditempat kosong, hanya kacek dua dim dari tahang itu.<br />

"Toahweeshio ! Lihay benar kau !" teriaknya. "Lihatlah! Biar bagaimanapun juga aku akan<br />

menyandak kau."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!