20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Murid berotak tumpul, hanya mengerti tiga empat bagian, jawabnya. Tapi murid sudah<br />

menghafal semua jurus dan Koaw Koat yang diberikan Suhu.<br />

Aku banyak menyusahkan kau, kata pula sang Guru. Kalau Wan Kiauw berada di sini, ia pasti<br />

dia, bisa menangkap lima bagian dari pelajaran ini. Hai! Diantara murid-muridku, Ngo<br />

Soetee-mu yang berotak paling cerdas, hanya sayang, siang-siang ia sudah meninggal dunia.<br />

Jika ia masih hidup, dibawah pimpinanku dalam lima tahun ia tentu sudah bisa mewarisi<br />

seantero pelajaran ini.<br />

Mendengar mendiang ayahnya disebut-sebut, jantung Boe Kie memukul keras.<br />

Sesudah berdiam sejenak, Thio Sam Hongberkata pula: Nah sekarang perhatikan ini. Te<strong>naga</strong><br />

pukulan kelihatannya enteng, tapi tidak enteng, agaknya sudah dikerahkan, tapi belum<br />

dikerahkan, seolah-olah putus, tapi sebenarnya belum putus..<br />

Ia berhenti karena dari Sam Ceng Tian tiba-tiba terdengar teriakan. kalau Thio Sam<br />

Hongbersembunyi terus, lebih dahulu kita binasakan murid-murid dan cucu-cucu muridnya!<br />

Boe! menyambung seorang lain. Bakar saja kuil ini!<br />

Mampus dibakar terlalu enak untuk dia, kata orang ketiga sambil tertawa, nyaring. Kita harus<br />

tangkap dia, belenggu kaki tangannya, arak dia ke pusat berbagai partai, supaya semua orang<br />

bisa lihat macamnya gunung Thay San dan Bintang Pak Tauw dari dunia persilatan.<br />

Jarak antara gubuk di belakang gunung itu dan Sam Ceng Tiang kira-kira satu li, tapi suara<br />

mereka terdengar tegas sekali, sehingga dapat dilihat, bahwa musuh sengaja memperlihatkan<br />

Lweekang mereka dan memang juga, te<strong>naga</strong> dalam itu harus diakui kelihatannya.<br />

Mendengar cacian itu, tak kepalang gusarnya Jie Thay Giam, sehingga kedua matanya seolaholah<br />

mengeluarkan api.<br />

Thay Giam, kata sang guru, apa kau sudah lupa pesanku? Jika kau tidak bisa menelan hinaan,<br />

cara bagaiman akau bisa memikul tanggung jawab yang sangat berat itu?<br />

Benar, kata si murid sambil menundukkan kepala.<br />

Kau bercacat dan musuh tentu tak akan turunkan tangan jahat atas dirimu. Kata pula Thio<br />

Sam Hong. Sekali lagi aku meminta supaya kau menahan napsu amarah. Manakala kau tidak<br />

bisa menyebar pelajaranku kepada turunan yang belakangan, maka aku menjadi seorang yang<br />

berdosa dari partai kita.<br />

Thay Giam mengeluarkan keringat dingin. Ia mengerti maksud gurunya. Demi kepentingan<br />

Boe Tong Pay, ia diperintah menelan segala hinaan.<br />

Sesudah berkata begitu Thio Sam Hongmengeluarkan sepasang Loo Han besi dari sakunya<br />

dan menyerahkannya kepada si murid. Menurut katanya Kong Siang, Siauw Lim Pay sudah<br />

termusnah, katanya. Entah benar, entah dusta, kita tak tahu. Tapi bahwa seorang tokoh Siauw<br />

Lim Pay seperti dia menaklukkan kepada musuh dan kemudian membokong aku, dapatlah<br />

kita menarik kesimpulan, bahwa Siauw Lim Pay benar sudah mendapat bencana. Pada kirakira<br />

seratus tahun yang lalu, Kwee Siang Lie Hiap telah menghadiahkan sepasang Loo Han<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 881

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!