20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tiam, satu tempat dimana terdapat tiga cagak jalanan: yang satu naik keatas gunung, sedang<br />

yang lain membelok kejurusan timur laut sampai di kota In-yang.<br />

"Kalau enam orang itu benar2 mengantar Jie Samko keatas gunung, waktu turun gunung, aku<br />

pasti sudah bertemu dengan mereka," katanya didalam hati. Memikir begitu, ia lantas saja<br />

mengambil jalanan yang menjurus ketimur laut.<br />

Sesudah lari kurang lebih satu jam, meskipun berte<strong>naga</strong> kuat, per-lahan2 kuda itu menjadi<br />

lelah dan semakin lambat. Siang sudah ter ganti dengan malam dan dijalanan gunung yang<br />

memangnya sepi, sudah tidak terdapat lagi manusiapun yang bisa diminta keterangannya.<br />

Sambil mengubar, pemuda itu, mengaju kan macam2 pertanyaan pada dirinya sendiri "Jie<br />

Samko memiliki kepandaian yang sangat tinggi." Pikirnya. "Bagaimana ia bisa dilukakan<br />

orang dengan begitu mudah? Tapi dilihat dari sikap dan perkataan Touw Tay Kim tak bisa<br />

jadi ia mendusta."<br />

Selagi mengasah otak, tiba2 kuda itu berbanger dan lari kesebidang tanah lapang dimana<br />

terdapat beberapa kuburan. Thio Coei San mengerti bahwa penyelewengannya binatang itu<br />

pasti disebabkan oleh sesuatu yang luar biasa. Dengan waspada ia mengawasi tanah lapang<br />

itu. Sesaat kemudian ia mendapat kenyataan, bahwa sebuah kereta roboh terguling di antara<br />

rumput yang tinggi.<br />

Setelah lihat seekor keledai rebah didepan kereta itu dengan kepala hancur. Buru2 ia<br />

melompat turun dan menyingkap tirai kereta, tapi didalamnya tidak terdapat manusia. Ia<br />

menengok keseputarnya dan mendadak matanya yang sangat jeli melihat seso sok tubuh<br />

manusia rebah didalam gompolan rumput. Dengan jantung memukul keras, ia menubruk dan<br />

mengangkat orang itu. Dengan sekelebatan saja, ia sudah mengenal bahwa orang itu bukan<br />

lain dari pada Soekonya yang sedang dicari.<br />

Dalam kegelapan, samar2 ia lihat kedua mata kakak seperguruan itu tertutup rapat, sedang<br />

mukanya pucat bagaikan kertas. Bukan main kaget dan sakit hatinya. Dengan tangan gemetar,<br />

ia mendukung sang Soeko dan menempelkan mukanya sendiri dimuka yang pucar itu. Tiba2,<br />

dalam hatinya yang duka timbul harapan, karena ia merasakan sedikit hawa hangat dipipi Jie<br />

Thay Giam. Buru2 ia meraba dada Soekonya dan ternyata jantung sang kakak masih<br />

mengetuk dengan perlahan.<br />

"Samko" teriaknya sambil mengucurkan air mata. "Samko...mengapa kau? Aku Ngotee..<br />

.Ngoteemu...." Dan perlahan dan hati2 ia bangun berdiri. Sekali lagi, jantungnya memukul<br />

keras, ke dua tangan danw kedua kaki Jie Thay Giam kontal kantul kebawah. Ternyata<br />

tulang2nya telah dipukul patah, sedang darah mengalir dari jeriji pergelangan tangan lengan<br />

dan betis nya. Melihat kekejaman musuh, Thio Coei San marasa dadanya mau meledak,<br />

melihat luka itu ia tahu bahwa musuh belum pergi jauh dan jika diubar ia masih bisa<br />

menyandaknya. Dalam kalanya ia lantas saja melompat keatas punggung kuda untuk<br />

mengejar, tapi dilain sa at ia mendapat lain pikiran yang lebih jernih. "Luka Jie Samko berat<br />

luar biasa dan perlu segera ditolong," pikirnya. "Jika seorang koencu mau membalas sakit<br />

hati, sepuluh tahun masih belum terlambat,"<br />

Karena kuatir goncangan2 diatas kuda memperhebat luka sang Soeko, maka, sesudah berpikir<br />

sejenak, ia segera mendukung tubuh Jie Thay Giam dengan hedua tangannya dan lain berjalan<br />

pulang dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan. Kuda jempolan itu, yang mungkin<br />

merasa heran mengapa sang majikan tidak menunggunya, mengikuti dari belakang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 103

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!